Ngabuburit di Rumah Saja, Ini 5 Rekomendasi Film Religi Klasik Seru Ditonton

Ilustrasi Film Religi Klasik
Sumber :
  • Viva.co.id

Jatim –Banyak aktivitas yang biasa dilakukan orang Indonesia saat ngabuburit. Ada yang berjalan-jalan sembari mencari takjil, bercengkrama dengan keluarga, termasuk nonton film relligi dan sebagainya. Sejak era digital muncul, streaming film juga menjadi salah satu menu ngabuburit favorit. Dengan nonton film religi, ngabuburit cukup di rumah saja. 

Spesial di bulan Ramadan, film-film bernuansa religi menjadi sangat pas untuk ditonton. Selain menyajikan keseruan dari alur cerita, film religi juga memercikkan pelajaran dan pengetahuan agama yang bisa dipetik penontonnya. Dari sekian banyak film religi yang beredar di Tanah Air, ada beberapa film religi klasik yang cocok untuk ditonton sambil menunggu waktu berbuka puasa. Berikut rekomendasinya. 

1. Emak Ingin Naik Haji (2010) ‘Emak Ingin Naik Haji' berkisah tentang ibu miskin yang ingin naik haji. Ia hidup bersama anaknya yang duda, Zein. Mereka mempunyai tetangga berkecukupan yang hampir tiap tahun naik haji. Cerita menguat ketika Zein merasa berkewajiban untuk membantu emaknya untuk naik haji, padahal ia hanyalah seorang penjual lukisan pinggir jalan.

Konflik bertebaran dengan rapih, mulai dari sisi kontras dengan tetangganya maupun dengan pejabat yang naik haji hanya mengejar titel 'haji' semata. Film ini sarat nilai agama juga mampu membuat penonton terbawa suasana haru. Film ini dapat menggugah penontonnya untuk lebih mencintai orang tua. –

2. Journey to Mecca (2009) ‘Journey to Mecca' bercerita tentang perjalanan haji Ibn Battuta menyusuri nyaris seluruh wilayah di Timur Tengah. Perjalanannya bahkan disebut melebihi dari Marco Polo, asal Italia. Untuk sampai ke Tanah Suci, Ibn Battuta dikisahkan melalui kawasan pantai utara Afrika, Persia, Cina hingga Andalusia. 

3. Ayat-ayat Cinta (2008)

Bercerita soal Fahri bin Abdillah, pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al-Azhar. Dia Berjibaku dengan panas-debu Mesir, berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup, dan bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusias kecuali satu: menikah.