Merasakan Asyiknya Backpackeran ke Lombok dengan Rucitra dan Kirana (1)

Suasana Pelabuhan Gili Mas dilihat dari KM Dharma Rucitra VIII.
Sumber :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

Surabaya, VIVA Jatim – Jalan-jalan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan pesawat sudah biasa. Rasanya begitu-begitu saja. Bila ingin sensasi yang berbeda, cobalah sekali-kali backpackeran dengan menumpangi kapal laut. Sekali coba dijamin ketagihan.

Bersama belasan teman satu rombongan, VIVA Jatim sudah merasakannya pekan lalu. Kebanyakan dari kami ini adalah pengalaman pertama. Hanya satu dua yang pernah bepergian dengan kapal laut. Tapi itu dulu, ketika pengelolaan transportasi laut masih semrawut.

Berangkat ke Lombok dari Surabaya, kapal yang kami pilih ialah KM Dharma Rucitra VIII. Berdasarkan referensi yang kami baca, Rucitra VIII adalah kapal generasi terbaru yang dimiliki oleh PT Dharma Lautan Utama (DLU). 

 

KM Dharma Rucitra VIII bersandar di Pelabuhan Gili Mas, Lombok, NTB.

Photo :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

 

Kapal ini disebut-sebut sebagai kapal mewah dengan fasilitas dan pelayanan bak hotel berbintang. Karena panduan informasi itu pula kami tertarik untuk merasakan bagaimana sensasi melaut dengan Rucitra VIII, dengan harapan membawa kesan menyenangkan.

Kapal ini menawarkan 12 kelas kepada penumpang. Kelas tertinggi ialah VIP Suite dengan fasilitas kamar tidur seperti kamar hotel. Ada juga kelas Executive Seat View, Cabin Single Bed, Cabin Double Bed, dan Duduk Kelas III. Di bawah itu ada kelas Ekonomi Tidur (I, II, dan III), Ekonomi Duduk, dan Ruang Pengemudi. Semua kelas mendapatkan jatah makan dua kali dalam sehari.

Kami pilih yang tengah-tengah: kelas Cabin Double Bed dengan harga tiket Rp330 ribu per orang. Karena berombongan, kami memesan kabin satu deret. Tidak terpisah-pisah.

Sabtu, 16 September 2023, menjelang sore, kami berkumpul di Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kami baru bisa masuk setelah kapal selesai membongkar muatan, orang maupun kendaraan.

Kami masuk melalui geladak G, tempat buat truk-truk besar yang hendak ke Lombok. Sementara di geladak dasar tempat untuk kendaraan kecil seperti mobil dan sepeda motor. Di geladak truk, kesan pertama yang membenam di pikiran cukup melegakan. Lantai dan dinding kapal begitu bersih.

Dari geladak truk, kami kemudian diarahkan petugas untuk menggunakan lift menuju lobi di Lantai 3. Dan, Anda mungkin ingin tahu, suasana lobi nyaman. Lantai dan dindingnya kinyis-kinyis. Kursi dan meja ditata rapi. Sofa berada di pinggir ruangan, menghadap meja resepsionis dan gerai makanan dan minuman (mamin). Lampu-lampu hias menempel di atap geladak lobi. Di sana, kami disambut pramugari dan pramugara, menanyakan tiket dan ruangan yang akan kami tempati. Kami kemudian diarahkan menuju meja resepsionis. Begitu tahu ruangan kami adalah Cabin Double Bed, petugas lalu menyodorkan kunci khusus berbentuk kartu sebagai akses masuk. Tempat kami satu ruangan dengan kelas Cabin Single Bed, Kelas III duduk, dan kelas Executive Seat View.

Masing-masing kelas hanya terpisah sekat dinding kaca. Tapi tak sembarang penumpang bisa masuk ke ruangan itu. Sama seperti hotel berbintang, hanya penumpang yang memegang kunci kartu khusus yang bisa membuka pintu untuk masuk ke ruangan tersebut. Jadi aman, nyaman, dan terjaga privasi.

“Untuk mengambil kunci ada uang jaminan seratus ribu. Setelah tiba di tujuan nanti dikembalikan,” kata petugas resepsionis menjelaskan ke kami.

 

Ruang lobi KM Dharma Rucitra VIII.

Photo :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

 

Dari lobi, kami menuju ruang tengah. Di sana, ada musala dengan karpet hijau dan cat dinding serta atap serba cokelat. Lampunya temaram dan lantainya bersih. Nyaman sehingga mendukung kekhusyukan penumpang kala beribadah. Di sisi kiri ada ruang merokok yang juga bersih. 

Nah, di dekat ruang merokok itulah pintu masuk ke ruangan kami berada. Begitu masuk, kesan pertama langsung menyenangkan dan bikin nyaman. Lorong-lorong di antara kabin begitu bersih mengkilap. 

Lorong pertama adalah tempat kabin satu kasur (Cabin Single Bed). Di ruang itu ada satu alas kasur dengan bantal memanjang. Kamar bisa ditutup dengan gorden cokelat. Cocok untuk penumpang satu keluarga. 

Tempat kami ada di lorong ketiga. Kabin kami berbentuk ranjang susun yang juga bersih. Di dalamnya ada kasur dan bantal, plus kaca dan colokan listrik untuk mengisi daya. Untuk menjaga privasi, kabin kami juga dilengkapi gorden cokelat yang bisa ditutup dan dibuka. 

Di samping kanan dan kiri adalah ruangan Kelas III (duduk). Sementara di bagian depan geladak adalah ruang Executive Seat Sea View, yang bisa melihat pemandangan laut dari sisi depan. Di dekat pintu, ada kamar toilet untuk wanita. Adapun kamar toilet pria berada di dekat pintu masuk ruangan. 

Masing-masing toilet dilengkapi dua kamar untuk buang air besar dan mandi. Di sana juga ada keran air mancur atau shower. Lantai dan dinding toilet selalu bersih. Begitu pula dengan airnya, jernih dan menyegarkan.

 

Suasana ruang kelas Cabin Single Bed KM Dharma Rucitra VIII.

Photo :
  • Nur Faishal/Viva Jatim
 

Tepat pukul 18.00 WIB, Rucitra VIII mengangkat jangkar dan melepas tali. Kapal bergerak menuju Perairan Karang Jamuang, lalu ke timur menyusuri sisi utara Pulau Madura, berbelok ke selatan menuju Perairan Bali, kemudian ke Timur menuju Pulau Lombok. Oleh petugas kapal, alur Rucitra VIII disebut dengan alur utara Madura.

Karena berlayar di laut lepas, sinyal internet kembang-kempis begitu menjauh dari daratan Surabaya. Untuk menendang rasa bosan, kami pun memutuskan untuk jalan-jalan, menyusuri seluruh geladak kapal. 

Tujuan pertama kami adalah kantin atau restoran. Kami berjalan terus ke belakang. Di sana ada kantin dengan tempat duduk asyik untuk melihat pemandangan laut dari bagian belakang kapal. Ada juga restoran yang berada di geladak atas. Tempatnya lebih bagus lagi. Ada ruangan khusus bukan perokok dan ber-AC. Sementara di luar, tempat duduk ditata sama dengan kantin di geladak bawah.

Kami juga berjalan-jalan ke geladak utama di bagian paling atas kapal. Di sana, ada banyak tempat duduk nyaman yang bisa dibuat bersantai. Di bagian tengah, ada ruang kosong yang ditata bak lapangan. Di sana penumpang bisa berolahraga, juga mengintip Matahari tenggelam atau terbit.

Kami juga menemukan ruang perpustakaan yang bisa dimanfaatkan para kutu buku. Ada juga ruang bermain anak bagi penumpang yang membawa serta anggota keluarga. Ada pula ruang karaoke bagi yang ingin menghibur diri. Hiburan bersama juga disediakan di ruang duduk penumpang. Di sana, ada biduan yang menghibur penumpang dengan lagu-lagu dangdut koplo.

Saking asyiknya berjalan-jalan, tak terasa waktu sudah menunjukkan tengah malam. Kami pun masuk ke dalam ruangan dan tidur. Kami bangun selepas azan Subuh. Usai salat, kami beranjak menuju geladak utama, ingin menyaksikan Matahari terbit. Sayang, pagi itu awan begitu tebal. Matahari terbit gagal kami nikmati.

 

Suasana musala di KM Dharma Rucitra VIII.

Photo :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

 

Menjelang Zuhur, Pulau Lombok mulai terlihat. Gundukan bukit-bukit terlihat indah dipandang dari atas geladak utama. Kapal-kapal dan perahu kecil terlihat sibuk wira-wiri di kanan-kiri kapal yang kami tumpangi. Sekira pukul 12.00 Waktu Indonesia Timur (WIT), Rucitra VIII pun merapat dan bersandar di Pelabuhan Gili Mas.

Dari pelabuhan, kami langsung menuju Tanjung Aan di kawasan Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah. Di sana, kami bersantai menikmati air kelapa muda sambil melihat turis-turis asing berjemur dan bermain pasir putih. Kami melewati Pantai Kuta dan Bukit Merese karena keburu ke Senggigi, menuju Hotel Aruna tempat kami menginap dan menikmati suasana petang di bibir pantai.

Malamnya, kami kemudian istirahat untuk mengumpulkan tenaga untuk berwisata ke Gili Trawangan keesokan harinya. (bersambung)