Habib Husein Jafar Terpukau Gurita Toko Kelontong Madura di Jabodetabek
- Twitter @Husen_Jafar
Jatim – Fenomena gurita toko kelontong Madura yang tersebar di seluruh penjuru tanah air, khususnya di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek), membuat Habib Husein Jafar Al-Hadar terpukau.
Seorang keturunan Nabi Muhammad saw. itu terheran-heran mengapa orang Madura masih berani mengadu nasib di kota-kota besar di tengah merebaknya Alfamart dan Indomaret. Faktanya, toko kelontong Madura hingga kini terus menggurita hingga menjadi etos kerja baru masyarakat Madura.
Dalam sebuah tayang video di kalan Youtube ‘Jeda Nulis’, habib yang juga seorang influencer ini mendatangi dan mewawancarai salah seorang pemilik toko kelontong asal Kabupaten Sumenep, Madura yang tak menyebutkan namanya.
“Kak, Indomaret dan Alfamart ada dimana-mana. Sampean kok masih milih untuk buka kayak gini,” tanya Habib Husein, dikutip Senin, 30 Januari 2023.
Pria penjaga toko kelontong Madura itu dengan penuh keyakinan menjawab bahwa hidup pastilah tidak lepas dengan yang namanya usaha. Sebarapa besar pun saingan, pada akhirnya soal rezeki tetap ada yang mengatur.
“Namanya orang hidup itu kan kita gak bisa lepas dari yang namanya usaha. Jadi kita mikirnya gini, yang namanya rezeki itu sudah ada yang ngatur. Tugas kita hanya usaha,” kata pria itu menjawab pertanyaan Habib Husein.
Bagi orang Madura, etos kerja adalah hal penting yang menjadi syarat melakoni hidup. Soal hasil atau pendapatannya, itu menjadi hak prerogatif Sang Pencipta. Itulah mengapa orang Madura masih nekad membuka usaha toko kelontong di kota-kota besar. Perkembangannya pun kian pesat.
Seolah belum puas dengan jawaban penjaga toko kelontong, Habib Husein melanjutkan pertanyaannya. Habib Husein menyebut bahwa Indomaret dan Alfamart lebih besar dan secara ketersediaan bahan juga lebih lengkap. Walaupun dua perusahaan besar itu tidak buka 24 jam layaknya toko kelontong Madura.
“Tapi apa yang bikin akhirnya berani, ya udah lah, mau usaha ini aja, kenapa gak usaha lain gitu,” tanya Habib Husein Jafar.
Si penjaga toko kelontong itu dengan lugas menjawab bahwa kehadirannya di kota-kota besar tak hanya sekadar untuk berbinis saja. Melainkan juga membantu masyarakat agar lebih mudah mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya.
Seperti rokok dan kopi. Di Alfamart maupun Indomaret tidak bisa diketeng atau dibeli satu-satu perbiji. Namun toko kelontong Madura menyediakan jual-beli dengan sistem diketeng. Sehingga memudahkan pembeli mendapatkan kebutuhannya walaupun tak harus membeli keseluruhan.
“Indomaret dan Alfamart emang lebih gede. Tapi kan kayak gini, itu cukup membantu warga-warga sekitar. Seperti rokok kan ga bisa diketeng, di kita kan bisa. Juga kayak kopi, di kitab isa diketeng,” terangnya.
Filosofi toko kelontong Madura lebih menitiktekankan kepada mengadu nasib. Si penjaga toko itu berpandangan, biarlah usaha-usaha kelontong yang lain lebih besar dan lengkap, namun yang namanya reseki tidak akan pernah tertukar. Terpenting tetap berusaha, berikhtiar, sedang hasilnya sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.
“Reseki semut tak akan dimakan gajah. Rezeki gajah tak akan dimakan semut,” sahut si penjaga toko menggambarkan filosofi etos kerjanya.
Akhirnya, Habib Husein Jafar Al-Hadar lantas menyimpulkan bahwa setiap pekerjaan orang Madura pastilah memiliki filosofi yang mendalam. Tak terkecuali bagi pengusaha toko kelontong Madura. Tak ayal jika perkembangannya kian pesat sejauh ini.
“Begitulah orang Madura, kalau bekerja itu pasti ada falsafahnya. Dan selalu cerdik,” tandasnya.