Transformasi Digital bagi Pedagang Kecil Bak Abnormal
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Sementara Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya, Setyo Tri Wahyudi PhD menjelaskan mengacu pada hasil penelitian di Katadata di wilayah sampel dekat dengan kota metropolitan (Jabodetabek), hanya memiliki rata-rata indeks kesiapan digital sebesar 3.6 (skala 5).
"Artinya bahwa masih banyak yang belum melek digital, apalagi jika melihat daerah yang notabene lebih 'tidak maju' dibanding Jabodetabek. Tentunya nilainya masih jauh di bawah angka rata-rata tersebut," ungkap Setyo Tri Wahyudi saat dikonfirmasi.
Sehingga memang realitanya, sebagian besar masyarakat di Indonesia, termasuk pengusaha masih belum familiar dengan teknologi. Dibalik bencana pandemi, menurut pria yang hobi travelling ini sebenarnya diuntungkan dengan adanya keterpaksaan, yang mengharuskan belajar menggunakan teknologi.
"Meskipun penggunaan tersebut masih sebatas untuk promosi secara sederhana baik foto, upload dan share ke jaringan pertemanan maupun medsos lainnya. Namun itu juga menjadi bagian dari 'melek' teknologi," paparnya.
Melihat realita tersebut, pria yang juga sebagai konsultan bidang ekonomi bagi beberapa instansi pemerintah daerah ini mengaku upaya pemerintah dapat dikatakan efektif. Jika jargon digitalisasi UMKM diikuti dengan aksi nyata. Yaitu dukungan sarana prasarana yang berkelanjutan.
"Jika tidak, maka tentunya tidak akan efektif, karena digitalisytidak dapat diterapkan secara instan, cepat, namun harus berproses. Dan proses tersebut perlu ada pendampingnya pemerintah, dalam bentuk dana maupun bentuk lainnya," tandasnya.