Momen UAS Bertemu Ketua NU Jatim di Malang, Pertanda Apa?

Momen Kebersamaan Ketua NU Jatim dan UAS
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Jatim – Ustaz Abdus Somad atau yang biasa dikenal UAS berkunjung ke Pondok Pesantren Sabilur Rosyad. Tepatnya ke kediaman pengasuh, KH Marzuki Mustamar di Kelurahan Gesek Karangbesuki Kota Malang, Sabtu 26 November 2022. Kiai Marzuki saat ini juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.

Dalam agenda lawatannya di sebuah kegiatan di Jawa Timur itu, UAS bersama rombongan menyempatkan waktu untuk bertemu Kiai Marzuki. Layaknya tamu pada umumnya, Kiai Marzuki pun melayani UAS dengan penuh khidmah. 

Lantas apa saja yang dibahas dalam pertemuan tersebut serta menjadi pertanda apa kedatangan UAS ke kediaman Ketua PWNU Jatim. Seorang Abdi Dhalem atau pelayan kiai, Chamim Chabibi mengatakan bahwa keduanya ternyata membahas banyak hal terkait wawasan ke-NU-an. Utamanya Kiai Marzuki yang menurut Chamim memanfaatkan momen tersebut untuk lebih jauh mengenalkan kiprah dan perjuangan NU kepada UAS.

"Saya lihat saya dengar kiai memanfaatkan sowan UAS tersebut untuk menyampaiakan beberapa fikiran kebijakan dan tindakan yang di ambil oleh NU, pun tokoh-tokoh NU," ungkap salah satu Abdi Ndalem KH Marzuki Mustamar, Chamim Chabibi saat dikonfirmasi.

Dilihat dari alur pembahasan yang berlangsung, Chamim mengartikan bahwa Kiai Marzuki bermaksud menanamkan tentang wawasan ke-NU-an kepada UAS dan rombongannya. Seperti peran NU dalam menyiarkan agama, merawat budaya di tengah keberagaman dan mempertahankan negara tercinta. 

Tidak hanya itu, Kiai Marzuki juga memberikan pemahaman mengenai wawasan politik tokoh NU. Dalam hal ini sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tak luput dari pembahasan. Kepada UAS Kiai Marzuki menjelaskan peran besar Gus Dur dalam menata bangsa dan negara, Gus Dur memerintah sebagai Presiden RI kala itu dengan tetap mengacu kepada kemashlahatan umat atau minimal akhifut dororair.

"Lalu, menjatuhkan pilihan dari dua atau lebih yang sama sama mudhorot. Namun, apa di pilih yang mudhorotnya paling ringan. Itu kira-kira yang di sampaikan kiai kepada tamunya UAS dan rombongan," bebernya.

Chamim menambahkan, Kiai Marzuki rupanya kepingin mendekatkan antara kelompok-kelompok islam yang ada. Mendekantkan pemahman 'al jam'u wat taufiq' atau titik temu sebagaian dari ikhtiar. Termasuk meminimalisir konflik sampai menghindari konflik antar umat islam dan anak bangsa.

Dalam pertemuan yang berlangsung kurang lebih satu jam itu, Kiai Marzuki juga menyampaikan bagaimana dakwah di tengah-tengah bangsa yang beragam madzhab dan aliran. Namun tetap menjaga kerukunan, kedamaian serta keutuhan negara terjaga dengan baik.

Chamim melanjutkan soal bincang-bincang Kiai Marzuki dengan UAS. Sebenarnya ajaran NU dan Muhammadiyah memang benar-benar sama, karena pendiri kedua organisasi islam terbesar ini berguru kepada Kiai Sholeh Darat di Semarang.

"Kemudian juga membahas kitab karangan beliau sendiri tentang dalil-dalil tahlilan dan lain-lain. Isinya hampir sama yang ditulis oleh UAS, yaitu Al-Muqtathofat. Hampir sama banyak kesamaan antar beliau ini," pungkasnya.