Gus Yahya Ungkap Sejarah PKB Didirikan NU, Heran Kini Melenceng
- Viva
Surabaya, VIVA Jatim – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan tidak ingin mencampuri urusan politik yang menjadi kewenangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
PBNU membentuk Pansus PKB hanya untuk memperbaiki partai pimpinan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin tersebut supaya kembali ke tujuan awal pembentukan.
Penegasan ini disampaikan ulama yang biasa disapa Gus Yahya, saat berada di kediaman Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar di Surabaya, Selasa, 13 Agustus 2024.
"NU bukannya mau mencampuri keputusan politik atau operasi politik atau apapun yang dilakukan oleh PKB. Karena NU tidak lagi campur tangan dalam politik praktis, tetapi NU ingin mengupayakan supaya ada perbaikan-perbaikan di dalam PKB sehingga kembali kepada desain awal sebagaimana dulu yang dijanjikan oleh NU," ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Kabupaten Rembang, itu menceritakan, PKB merupakan anak kandung NU karena diinisiasi oleh para ulama organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.
Berdiri pada tanggal 23 Juli 1998, PKB tampil sebagai partai politik berideologi moderat yang mewadahi kepentingan kaum Nahdliyin.
"Pada waktu itu memang terjadi diskusi pada tahun 1998, di tengah suasana reformasi itu ada diskusi yang sangat ketat di antara para kiai tentang bagaimana posisi ini.
Nah, tetapi kemudian diputuskan oleh NU pada waktu itu dengan keputusan PBNU untuk mendirikan partai baru, karena permintaan yang begitu kuat dari kalangan kiai dan warga NU untuk mendirikan partai baru sehingga didirikanlah Partai Kebangkitan Bangsa," lanjutnya.
Namun, semenjak 2006, partai hijau berlambang bola dunia tersebut dia anggap sering bergejolak dan tidak lagi mencerminkan sebagai partainya kaum nahdliyin.
Banyak sekali kebijakan-kebijakan politik yang diambil PKB, justru bertentangan dengan aspirasi umat, terutama para Ulama NU.
"Lebih 15 tahun yang lalu ini terjadi gejolak-gejolak dan seterusnya sampai sekarang. Dan kemudian PKB mengalami metamorfosis sedemikian rupa sehingga semakin jauh dari desain dasar pada waktu didirikannya itu," katanya.
Salah satu paling menonjol perubahan dalam tubuh PKB dikatakam Gus Yahya, ialah tidak dilibatkannya Dewan Suriah ketika mengambil keputusan strategis PKB. Padahal kedudukan lembaga ini sangat strategis di dalam struktural partai. Melihat kondisi itu, Gus Yahya menyebut, sejumlah Ulama NU menginginkan supaya PBNU bersikap.
"Sehingga sekarang juga nyaris seperti tahun 1998 itu muncul desakan yang kuat dari para kiai itu bagaimana NU menyikapi ini," tandasnya.
Adapun sikap NU, papar Gus Yahya, antara lain menyerukan supaya PKB kembali ke setelan pabrik. Sebagaimana tujuan awal partai besutan Presiden ke-4 KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur itu didirikan.
Kemudian meminta semua pengurus NU mengingatkan PKB agar memperjuangkan aspirasi nahdliyin terutama para ulama yang beberapa diantara memegang tugas sebagai Dewan Syuro PKB.
"Kami mendorong agar para pimpinan NU di daerah bisa memperjuangkan aspirasi ini supaya bisa terwujud dalam putusan-putusan PKB sampai ke tingkat nasional. Ini yang akan kami lakukan, sampai saat ini kami sudah mendapat bahan-bahan masukan yang cukup memadai untuk dikomunikasikan," imbuhnya.
Terakhir, pihaknya akan mengundang beberapa anggota Dewan Pimipinan Pusat PKB, termasuk Muhaimin Iskandar, untuk ditanya mengenai sejarah pendirian PKB.
"Kami juga menyadari bahwa isinya NU bukan PKB saja. Paling banyak, ya, warga NU yang PKB itu paling sekitar 15 persen dari seluruh warga NU. Sekitar, 15 persen lainnya warga NU mendukung berbagai macam partai yang lain, sehingga NU harus merawat dan mengayomi warga NU yang tidak ikut PKB," tutupnya.