YBA Indonesia Ajak Generasi Z Ikut Berpartisipasi di Pilkada 2024

YBA Minta Gen-Z Berpartisipasi di Pilkada 2024
Sumber :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

Surabaya, VIVA JatimYoung Buddhist Association (YBA) Indonesia menyerukan dan mendesak generasi Z atau Gen-Z untuk aktif berpartisipasi dalam Pilkada 2024. Pasalnya, itu merupakan bagian dari tugas kewarganegaraan dan keterlibatan mereka dengan masyarakat, meskipun sebenarnya ajaran Buddha tidak secara khusus mengamanatkan pemungutan suara atau partisipasi politik. 

“Keputusan untuk memilih adalah pilihan pribadi. saya mendorong umat Buddha muda untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum dan memberikan suara dalam Pilkada 2024 ini,” kata Ketua Dewan Pembina Young Buddhist Association of Indonesia Billy Lukito Joeswanto, Sabtu, 12 Oktober 2024. 

Dorongan untuk berpartisipasi aktif dalam Pilkada itu juga disampaikan dalam berbagai kesempatan. Salah satunya ketika dia menjadi pembicara dalam Kuliah Umum Lintas Agama di Universitas Surabaya pada Rabu lalu.

Menurut Billy, dalam ajaran Buddhis ada beberapa prinsip yang dapat mendukung keterlibatan sipil. Pertama, tindakan yang benar (Samma Kammanta), artinya memberikan suara dapat dilihat sebagai bentuk tindakan yang benar, yang berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Kedua, Welas Asih (Karuna), artinya dengan memberikan suara, seseorang berpotensi mempengaruhi kebijakan yang mempengaruhi kesejahteraan semua makhluk.

“Ketiga, saling ketergantungan, artinya ajaran Buddha mengajarkan bahwa semua hal saling berhubungan. Berpartisipasi dalam keputusan masyarakat mengakui keterkaitan ini,” tegasnya. 

Keempat, kesadaran, artinya terlibat dalam proses pemungutan suara dengan penuh kesadaran dapat membantu seseorang membuat keputusan yang tepat untuk kepentingan semua orang. Kelima, jalan tengah, artinya partisipasi yang seimbang dalam kehidupan sipil, tidak sepenuhnya menarik diri atau menjadi terlalu terikat pada politik, sejalan dengan ajaran Buddha tentang Jalan Tengah.

“Dalai Lama telah berbicara tentang pentingnya demokrasi dan partisipasi sipil. Beliau pernah berkata bahwa Demokrasi adalah nilai universal yang didasarkan pada kehendak bebas rakyat,” kata Billy mengutip Dalai Lama.

Meski begitu, penting untuk diingat bahwa ajaran Buddha menekankan pengembangan spiritual pribadi di atas keterlibatan politik. Meskipun memberikan suara dapat menjadi tindakan yang positif, hal itu tidak boleh dilihat sebagai kewajiban agama.

“Anak muda Buddhis harus membuat keputusan sendiri tentang partisipasi politik berdasarkan pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip Buddhis dan penilaian mereka tentang apa yang terbaik untuk komunitas dan masyarakat,” ujarnya. 

Ia juga menjelaskan bahwa pentingnya memberikan suara dalam pemilihan umum jika dilihat dari sudut pandang Buddhis, dapat dipahami melalui beberapa poin penting. Pertama, Karma Kolektif. Dalam ajaran Buddha, tindakan manusia (karma) memiliki konsekuensi, nah memberikan suara dalam pilkada dapat dilihat sebagai tindakan kolektif yang membentuk masa depan masyarakat. 

“Sang Buddha mengajarkan bahwa karma apapun yang kita ciptakan, baik atau buruk, kita adalah pewarisnya. Kita adalah pewaris dari tindakan-tindakan kita, dikutip dari Anguttara Nikaya 5.57,” kata dia.

Kedua, mengurangi penderitaan. Dengan memberikan suara, maka memiliki kesempatan untuk mendukung kebijakan pemimpin yang dapat bekerja untuk mengurangi penderitaan bagi semua makhluk. “Hal ini sejalan dengan prinsip utama ajaran Buddha untuk mengurangi dukkha (penderitaan),” katanya.

Ketiga, mempraktekkan welas asih. Dengan memberikan suara tentu dapat menjadi sebuah tindakan welas asih (karuna) karena mempertimbangkan kesejahteraan semua anggota masyarakat, bukan hanya diri sendiri. Keempat, Agama Buddha yang Terlibat (Engaged Buddhism). Gerakan modern ini menekankan partisipasi aktif dalam isu-isu sosial dan politik sebagai bagian dari praktek Buddhis. 

“Thich Nhat Hanh, seorang tokoh terkemuka dalam Buddhisme Terlibat mengatakan bahwa ketika anda mencintai seseorang, hal terbaik yang dapat anda berikan adalah kehadiran anda. Bagaimana anda bisa mencintai jika anda tidak ada di sana?” Demikian pula, memberikan suara adalah cara untuk hadir dan terlibat dalam komunitas anda,” imbuhnya.

Kelima, Mata Pencaharian yang Tepat. Dengan berpartisipasi dalam proses demokrasi, tentu berkontribusi pada masyarakat yang adil dan beretika, yang mendukung konsep Mata Pencaharian Benar (Samma Ajiva) dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. 

Keenam, Kewarganegaraan yang penuh kesadaran (Mindful Citizenship). Dalam memberikan suara mendorong seseorang untuk menjadi warga negara yang sadar, sadar akan isu-isu sosial dan dampaknya terhadap semua makhluk. Ketujuh, Aksi Tanpa Kekerasan. Dalam memberikan suara adalah cara yang damai untuk membuat perubahan, sejalan dengan prinsip Buddha tentang tanpa kekerasan (ahimsa).

“Meskipun poin-poin ini menyoroti pentingnya memberikan suara dari sudut pandang Buddhis, sangat penting untuk diingat bahwa ajaran Buddha tidak mewajibkan partisipasi politik. Keputusan untuk memilih haruslah keputusan pribadi, yang dibuat dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan, dengan mempertimbangkan potensi manfaat bagi semua makhluk,” pungkasnya.