Teruskan Sang Bapak, Begini Cerita Agung Triono Hapus Perusakan Ekosistem Laut Lenggoksono

Agung Triono memegang terumbu karang buatan
Sumber :
  • KBA Lenggoksono Malang

Malang, VIVA Jatim – Seorang pun tidak menyangka Dusun Lenggoksono akan dikenal oleh orang luar, bahkan orang-orang dari mancanegara. Wilayah yang secara administratif berada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur itu merupakan dusun yang sangat terpencil di Malang Selatan. Bahkan, nama desa itu tidaklah lebih dikenal dari nama Lenggoksono itu sendiri. 

Bahkan sebelumnya Warga Lenggoksono pun tidak merasakan sinyal. Sinyal baru masuk pada tahun 2013 lalu. Sehingga, warga desa jika ingin menelepon harus pergi ke kota yang harus ditempuh kurang lebih 2 jam perjalanan. Selain itu, persoalan lingkungan juga marak terjadi di daerah pantai dan lautnya, seperti illegal fishing. Banyak warga menangkap ikan dengan memakai bom serta potasium, sehingga ekosistem laut rusak dan terumbu karang hancur. 

Kesadaran terhadap lingkungan pantai dan laut Lenggoksono bermula dari seorang yang sangat mengkhawatirkan akan ancaman keselamatan ekosistem laut di sana, yakni Agung Triono, Koordinator Kampung Berseri Astra (KBA) Lenggoksono Malang. Kepada VIVA Jatim, ia menceritakan awal mula dirinya aktif dalam pembentukan kelompok konservasi berawal dari niat ingin melanjutkan perjuangan bapaknya, Hari Budiono, yang juga aktif dalam konservasi laut sebelumnya.

Agung mengatakan bahwa bapaknya pernah ditunjuk sebagai ketua nelayan kala itu dan pernah menjadi alumni Satu Indonesia Award (SIA) Astra, “bapak saya yang membackup kegiatan konservasi, tapi bapak saya sudah meninggal di kala wisata kami sudah ramai, perjuangannya berat, akhirnya yaa meninggalkan sebuah legacy besar bapak itu.”

Di antara keempat pilar program Kampung Berseri Astra, KBA Lenggoksono lebih menitikberatkan kepada pilar lingkungan, yakni fokus pada pariwisata. Kebetulan dusun tersebut memiliki pantai, sehingga dapat mengembangkan dalam sektor wisata, “kalau untuk wisatanya, itu lebih kepada wisata bahari yang berbasis lingkungan.”

“Kebetulan di sini kan berbeda dengan program-program KBA yang lain. Saya lebih mengedepankan ekosistem sosial dan ekonomi (ekosismi). Nah, jadi dampak yang saya lakukan itu pada ekosistem dan ekonomi. Sehingga, yang tadinya kegiatan saya dan tim awalnya hanya fokus ke konservasi, berkenaan dengan terumbu karang, banyak orang terkadang memandang sebelah mata, ngapain gitu, gila saja, ngapain, mau-maunya. Namun, lambat laun berdampak pada mereka [secaara ekonomi,” paparnya.

Kegiatan konservasi yang dilakukan oleh Agung diketahui oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang serta Universitas Brawijaya (UB) Malang, Fakultas Perikanan dan Kelautan, bahwa ada sekolompok masyarakat yang masih fokus terhadap kepedulian lingkungan.