Daun Kelor dan Sargasum Asal Sumenep Masuk Produk Ekspor

Daun Kelor
Sumber :
  • Istimewa

Jatim – Dua komoditas asal Sumenep, yakni Daun Kelor dan Sargasum masuk kategori produk ekspor. Karenanya, Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan menfasilitasi Pendampingan Desa Devisa kepada kelompok usaha yang memilik produk unggulan tersebut.

Menurut Kepala Diskop UMKM dan Perindag Kabupaten Sumenep, Chainur Rasyid, Pendampingan Desa Devisa merupakan program yang dapat mengangkat sektor perekonomian masyarakat di Kabupaten Sumenep, khususnya para pelaku usaha UMKM.

“Adanya program Pendampingan Desa Devisa, ini adalah angin segar bagi para pelaku usaha seperti UMKM maupun kegiatan usaha lainnya, dan kami sangat mengapresiasinya,” kata Chainur Rasyid dalam keterangan yang diterima Viva Jatim, Rabu, 22 Maret 2023. 

Menurutnya, adanya program Pendampingan Desa Devisa tersebut, nantinya para kelompok masyarakat akan dilakukan pendampingan, mulai dari pengolahan, kemasan sesuai standarisasi ekspor bahkan sampai permodalan.

“Nantinya, para stakeholder akan melakukan pendampingan dari kemasan, permodalan bahkan pasar luar negeri. Hal ini sangat baik untuk menunjang perekonomian nasional, khususnya di sumenep. ini karena tidak semua kegiatan usaha masuk dalam katagori pendampingan ini,” tambahnya.

Pendampingan Desa Devisa itu dilakukan kepada kelompok masyarakat yang memiliki usaha layak ekspor, seperti Daun Kelor dan Sargasum, di Pendopo Balai Desa Batang-Batang Daya, Kecamatan Batang-Batang Kabupaten Sumenep, pada Senin, 20 Maret 2023.

Kepala Divisi Lembaga Ekspor Indonesia, Raden Gerald Esgrisanto mengatakan bahwa Pendampingan Desa Devisa ini dilakukan oleh lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.

“Kelompoknya bisa kelompok petani, nelayan, dan pengrajin yang produknya itu bisa kita tingkatkan untuk diekspor ke pasar dunia. Nah kali ini, ada tiga produk yang kita dampingi yaitu ada Daun kelor sama Sargasum dari Sumenep, sedangkan Batik yang di Bangkalan,” katanya.

Pendampingan Desa Devisa yang dilakukan di Batang-Batang itu dimulai dari penguatan kelembagaan. Mereka dibantu dalam hal penyusunan laporan keuangannya, kemudian juga memberikan bantuan sarana produksi.

“Nantinya, hasil produksi tersebut akan menjadi bubuk kemudian kita juga memberikan pendampingan untuk nantinya mereka bisa mendapatkan akses Pasar baru sampai dengan mendapatkan pembiayaan,” tandasnya.