Gagas Program Usahaku, Cara Kominfo Trenggalek Branding Produk Bikin Lebih Ciamik
- Lutfi/Viva Jatim
Trenggalek, VIVA Jatim-Ada yang menarik dari salah satu pelukis lokal yang go internasional. Arsdyansyah Anamta Firdauzie namanya, dengan sebutan karib Pak-T (The Wool).
Memasuki halaman rumahnya, temaram lampu di sisi barat rumahnya dipenuhi berbagai ornamen dan lukisan. Pak T melukis dengan menggunakan tusuk gigi, hasil karyanya diminati berbagai negara.
Berawal dari kegalauan usai menikah dengan perempuan asal Trenggalek, ia hijrah dan memulai kehidupan berkarya dengan melukis.
Melihat ketekunan, keunikan dan out of the box Pak T, membuat Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Trenggalek membranding hasil karyanya. Video profile hingga kisah-kisahnya terdokumentasi rapi visual dan diupload melalui kanal YouTube Kominfo Trenggalek.
"Lumayan ada respon masyarakat yang menanyakan terus beberapa orang order, karena saya juga tidak hanya di kaos tetapi juga menggambar di kanvas," ungkap Pak T kepada VIVA Jatim, Jum'at, 13 Oktober 2023.
Ia mulai mengulas perjalanan yang telah ia tempuh sembari menyulut sebatang rokok. Pria asli Jakarta yang menikah dan sudah lama menetap di Trenggalek ini menjelaskan bahwa ia hijrah dari Jakarta ke Kota Tempe Kripik ini awalnya bingung harus ngapain.
Lantaran, ia tidak menginginkan bekerja yang ada jam kerjanya secara terikat waktu dan tempat.
"Akhirnya, saya ingin melukis di kaos. Lalu istri saya, oh tidak apa-apa. Saya coba, beberapa bulan tidak pernah laku selama 3 bulan pertama, jadi hanya berkarya berkarya 3 bulan kemudian baru laku satu," jelasnya.
Ia merelakan kaos yang telah ia buat yang laku 1 pcs dengan harga yang meriah, dari harga kaos sekaligus jasa melukisnya tidak ia hitung. Di situ Pak T ada pesanan dari Jakarta sebanyak 3 kaos saat itu masih menggunakan kuas, ada satu garis yang ingin tipis.
Ternyata, Pak T menggunakan kuas yang paling kecil tidak cocok dan kurang puas. Lantas ia mencoba menggunakan tusuk gigi. Ia merasakan ternyata lebih enak. Akhirnya, tiga kaos ini saya selesaikan dengan menggunakan tusuk gigi.
"Saya kirim dan saya kasih catatan. Jika tidak cocok balikin, karena pesanmu kuas. Disini karyaku pertama menggunakan tusuk gigi ternyata kaos tidak dipulangkan dibayar lunas plus bonus laptop sama uang Rp 3 juta. Wah berarti ini menjual ini saya hari ini detik ini dan sampai mati," kenangnya.
Alumnus STIE Tridharma Wiyata Jakrta 1995 ini mengaku dalam hal lukis melukis, ia mengaku belajar secara otodidak, karena ia kuliah lulusan sarjana ekonomi keuangan perbankan. Ditanya kelebihan menggunakan tusuk gigi, Pak T mengungkapkan hanya mencari kesempatan, ada celah bisa masuk, ia lakukan.
Dirinya menuturkan bukan pada kelebihan, namun malah kekurangan. Karena menggunakan tusuk gigi harus mengoleskan secara berulang. Berbeda dengan kuas sekali sabutan bisa memperoleh hasil yang lebar.
"Akhirnya kalau ini saya sistemnya kasar. Jadi disini itu karena tusukan dengan cat kental. Ada yang timbul ada yang saat kena cahaya kena sinar itu lebih menarik," terangnya.
Mulai banyak permintaan dari luar negeri berawal dari ia memposting lewat sosial media Facebook. Ternyata kekuatan sosial media Facebook sampai detik ini buat karyanya dikenal di berbagai negara.
Disitu hanya pamer, upload sampai ada yang nanya, siapa yang mengerjakan, harga berapa, terjadi saat menuju 1 tahun. Pria dengan vespa uniknya ini menerangkan karyanya cepat melejit lantaran mungkin tusuk gigi itu belum ada sama sekali .
Hingga saat ini sudah ada 10 negara yang banyak permintaan. Mulai dari Hongkong, Jepang, Amerika, Rusia, Bahrain, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan dan seterusnya.
"Bisa ke luar negeri hanya dari kekuatan sosial media karena sosmedku tidak saya kunci. Saat itu sering seperti mencari akun akun luar negeri. Saya tandai, akhirnya mereka punya daya tarik dan ada grup grup pelukis saya masuk di situ awal mula," ulasnya.
Ia mengaku memilih nama T-Wool sebenarnya berawal dari the wool. Karena identik kain wool. Akan tetapi, di desa orang susah mengucapkan the wool, ditambah lagi tiwul adalah makanan khas orang Trenggalek yang berasal dari ketela.
"Saya pelesetkan ke tiwul alhamduliklah grafik pergerakan itu naik. Jadi akhirnya saya pertahankan nama ini dan saya sendiri pun maunya kalau ada orang yang manggil ya nama ini tiwul ini," sambungnya.
Perihal harga, jika sekarang ini termasuk ekspansi, jika dulu menggunakan bandrol, namun sekarang ini ia mencoba tanpa harga. Sehingga pemesan bandrol tetap ada bandrol, tetapi ada tambahan.
Jika mereka suka, ada bonus. Selama ini harga kisaran Rp 200 sampai Rp 250 ribu per kaos. Sementara, untuk lama pengerjaan, jika dulu waktu masih sangat semangat, sehari 5 kaos 1 malam tuh bisa karena sistemnya saya Jajar 5 orderan pertama mood hilang lari ke dua, tiga, masuk mood lagi balik ke pertama.
"Dulu Pas ramai-ramainya dahulu satu malam bisa 5 kaos," tandasnya. Lain Pak T, beda Dhany Prasetya yang banting setir dari guru menjadi pengusaha. "Harga besek perkodi berapa Bu?" tanya Dhany.
Lantas dijawab 7 ribu oleh penjual besek —anyaman bambu untuk wadah makanan. Nah, dari situ ia langsung mikir dari awal tebang sampai jadi 'Besek' itu prosesnya ribet.
Berangkat dari keprihatinan itulah, pria asal Desa Sengon Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek ini tergerak untuk memberdayakan perajin 'besek'—anyaman bambu yang bisa digunakan wadah makanan, daging hingga hampers menarik lainnya.
Ditemui di gudang miliknya, tumpukan Besek dari berbagai ukuran tertata rapi dan menawan. Ada dengan berbagai ukuran dan jenis. Lokasi gudang kendati tak begitu besar, namun cukup banyak stok yang ia taruh.
Tampak satu pekerja yang sedang asyik mewarnai Besek sesuai orderan pelanggan. Pria yang dulunya merupakan Guru Kelas Honorer, di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Bendungan ini berangkat dari melihat seorang penjual 'Besek' tak jauh dari sekolahnya.
Hatinya terketuk untuk menanyakan harga barang yang berasal dari anyaman bambu ini. Ia melongo dengan harga murah meriah, tidak sebanding, bahkan jauh dari proses pembuatan yang bisa memakan waktu berhari-hari.
Terlebih jika musim penghujan, karena salah satu prosesnya harus dijemur. Proses pembuatan Besek pertama memilih bambu yang sesuai. Selepas dipotong, lalu dibuat kecil-kecil menyesuaikan anyaman. Dijemur, kemudian mulai irat, dianyam, hingga di jemur kembali sebelum dijual.
"Per kodi hanya 7 ribu atau 20 pcs. Nah itu saya inisiatif. Saya coba bantu jual online waktu itu masih Bukalapak, belum ada shopee. Ternyata respon di luar sana itu bagus banget," kata Dhany Eka Prasetya.
Diawal-awal usaha yang ia rintis tidaklah mudah. Ibarat usahanya sedang membakar uang sendiri. Pasalnya pengorbanan yang dilakukan dengan tetap ajeg menerima dan melayani pemesanan meskipun hanya satu order. Dirinya rela menempuh 11 KM pulang-pergi (PP) dengan jalan pegunungan relatif terjal.
"Penuh pengorbanan, ada pesanan 1 habis dari SD saya antar kota kan rugi. Saya cuma cari bintang 5, jualan online kalau ratingnya bagus otomatis pencariannya diatas sendiri," terangnya.
Perihal range harga, dari yang terendah ada besek termurah 10x10 yang paling kecil Rp 14 ribu per kodi. Kemudian diatasnya ada Rp 18 ribu, lalu yang terlihat cantik-cantik seperti anyaman berbeda agak halus minimal Rp 35 ribu, sedangkan yang termahal Rp 60 ribu.
"Dulu yang saya katakan Rp 7 ribu, seperti sekarang harganya Rp 18 ribu," jelasnya sambil menunjukkan ke arah Besek.
Tampung 60 Perajin Warga, Mendongkrak Ekonomi Kreatif Desa Pria berusia 36 tahun ini mengutarakan awalnya dulu hanya mengambil Besek dari beberapa warga sekitar. Makin kesini, orderan terus bertambah hingga saat ini sudah puluhan perajin Besek yang ia tampung.
Tak lama berbincang-bincang, datang salah satu ibu-ibu berkerudung menyetorkan hasil Besek ke tokonya. Lantas ia mengatakan jumlah Besek yang telah dibuat. Dhany mengaku kebanyakan ibu-ibu setor tidak terlalu banyak, karena langsung digunakan untuk tambahan kebutuhan sehari-hari.
"Saya ambilnya ya dari otomatis terangkat ekonominya. Jadi ibu-ibu disini itu sambil lihat tv sambil menunggu anaknya. otomatis tidak merepotkan suaminya," ulasnya.
Perihal stok bahan baku, ia tak merasa khawatir. Pasalnya, di daerahnya termasuk pegunungan dengan luasan bambu yang cukup melimpah. Sehingga, berkaitan bahan baku menjadi potensi yang menjanjikan tidak pernah kehabisan stok.
"Surganya bambu dari dulu, nenek moyang dari sini dulu sudah sentra kerajinan bambu semua," ulasnya.
Dirinya mengajak kepada semua masyarakat untuk tidak pernah lelah dalam menjalankan sebuah usaha. Sesuai tema yang diambil Anugerah Jurnalistik Kominfo yaitu 'Peta Jalan Menuju Indonesia Digital'. "Istilahnya bakar uang. Maksudnya ya pengorbanan dulu karena kalau dihitung bensin saja sudah tidak cukup untuk berangkat-pulang menghantar (paket orderan) ke kota," kenangnya.
Ia menambahkan mengapresiasi langkah dari Diskominfo Trenggalek yang membuat profil video usahanya. Meski belum ada peningkatan yang berarti di penjualan, namun jejak digital usahanya tidak ternilai dan lebih ia sukai dibanding bantuan tunai yang hanya sekejap.
"Iya (bersyukur), meski belum ada peningkatan signifikan mas," akuinya. Dhany mengaku, dari segi penjualan belakangan ini terbilang stabil. Namun masih jauh dibandingkan sebelum masa pandemi Covid-19. "Sementara untuk bulan-bulan belakangan ini perkiraan sold out 1.000 pcs lebih," tutupnya.
Merujuk pada data e-Conomy SEA 2022 Google, Temasek, Bain and Company "Through the wave, toward a sea of opportunity" bahwa e-commerce mencapai 81 persen melebihi game yang hanya 48 persen. Dengan pertumbuhan GMV -22 YoY, ekonomi digital Indonesia bernilai ~$77 miliar pada tahun 2022.
Serta dapat menyentuh angka ~$130 miliar pada tahun 2025 mendatang. Dengan e-commerce sebagai pendorong utama. Prediksi hingga 2030 bisa mencapai angka ~$220 hingga ~$360 miliar.
Disisi layanan keuangan digital mengklaim bagian terbesar dari total pendanaan investor dengan mengumpulkan ~1,5 miliar di paruh 2022 saja. Dengan fokus utama investor pada pembayaran B2B dan layanan pinjaman.
Terpisah, Kepala Bidang Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Trenggalek, Arief Setiawan mengungkapkan bahwa latar belakang program 'Usahaku' berangkat dari keprihatinan kepada pelaku usaha di masa pandemi lalu.
Banyak pelaku usaha masih mengandalkan offline sebagai salah satu penjualan. Sehingga memunculkan untuk menyelesaikan persoalan pelaku UMKM yang belum melek digital.
"Akhirnya muncul ide, mungkin kita bantu mereka untuk membranding usaha melalui sebuah kegiatan. Yang bisa kita lakukan tanpa harus memungut mereka biaya yaitu membranding produknya lewat Program Usahaku," bebernya beberapa waktu lalu ditemui di kantornya.
Menurutnya, semua kegiatan ini dibiayai dari APBD Kabupaten Trenggalek. Program Usahaku ini bertujuan jelas untuk lebih memperkenalkan produk-produk UMKM maupun jenis usaha yang tengah ditekuni. Sehingga nanti dalam usaha masyarakat bisa lebih berkembang lagi.
Pasalnya, ketika sudah go digital akan semakin dikenal masyarakat, otomatis nanti permintaan meningkat. Secara langsung berimbas kepada pergerakan ekonomi di lingkungan sekitar.
"Otomatis itu juga bersinggungan pengurangan angka pengangguran di Kabupaten Trenggalek. Karena apa? mereka akan mengutamakan tenaga kerja dari dalam lingkungan sekitar yang akan mereka dahulukan," sambungnya.
Arief mengaku, setelah para UMKM memiliki pesanan permintaan meningkat, akan berpengaruh dalam penyediaan bahan baku. Semisal keripik pisang, otomatis pelaku usaha akan mencari yang lokal Trenggalek.
"Sebab coast produksi mereka kalau harus keluar kota akan membengkak. Makanya Program Usahaku ini kita bantu juga pergerakan ekonomi tidak terpusat kepada pelaku UMKM tetapi bisa berimbas kepada gerak perekonomian sekitar," imbuhnya
Pria alumnus Ekonomi Akuntansi S1 Universitas Muhamadiyah Yogyakarta ini mengaku, alasan lain program tersebut yaitu juga sejalan sebagai salah satu tujuan satu dari visi misi Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin.
Sebagai jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) harus melayani masyarakat sebisa mungkin seperti tupoksi. Namun, juga berimbas kepada lingkungan sekitar. Sehingga gerak perekonomian dari masyarakat bisa berkembang. Dan itu menurut Arief salah satu tujuan di Dinas Kominfo Trenggalek untuk mendekatkan dinas lebih humanis lebih dekat dengan masyarakat.
Di Kabupaten Trenggalek, Arief menganalisa pelaku UMKM rata-rata belum terlalu masif dalam digitalisasi branding maupun marketing. Pihaknya berinisiatif membuatkan sebuah konten. Mulai menentukan sebuah usaha lika-liku, pekerja, produksi dan sampai packaging.
Termasuk branding sampai siap jual produk atau usaha yang dimiliki. Otomatis akan dikenal di dunia luas. Sebab akan menggambarkan sebuah visualisasi digital yang bisa diperkenalkan.
"Kita bantu share konten di media sosial yang dikelola oleh Kominfo Kabupaten Trenggalek. Termasuk dengan influencer influencer yang biasanya mereka juga merepost yang kita kelola kelola di Instagram, YouTube, Twitter dan Facebook," ujarnya.
Total 30 Pelaku Usaha Mendapat Branding Visual hingga 2023 Ia mengaku, selain dibuatkan konten, UMKM juga dibantu gratis branding di media sosial yang dikelola Diskominfo Trenggalek. Sehingga diharapkan bisa lebih terkenal lagi di luar Kabupaten Trenggalek.
Pihaknya memulai program ini di tahun 2021. Dengan target per tahun rata-rata 10 konten atau 10 pendampingan UMKM. Alhasil, jika sampai 2023 ini ada 30 pelaku usaha yang telah disupport dalam hal branding usaha secara cuma-cuma.
Ia menggarisbawahi, ada prioritas UMKM yang dibranding. Karena keterbatasan dari SDM, waktu dan lainnya, yang diprioritaskan di tahun-tahun pertama adalah produk-produk yang lokal Trenggalek.
Kemudian, pelaku usaha yang masih belum terlalu mengenal media sosial dan otomatis domisili di Trenggalek. Magister Universitas Islam Kadiri (UNIK) Kediri mengaku, dukungan branding visual dan dipublikasikan di media sosial lebih mengena bagi UMKM.
Lantaran, jika hanya berupa donasi nominal uang, tak akan bertahan lama. Berbeda jika jejak digital branding, selamanya akan tetap tersimpan rapi di dunia maya. Untuk respon pelaku UMKM, pria yang hobi berkendara vespa ini mengatakan pelaku usaha sangat mengapresiasi.
Pasalnya, dulu hanya menjual di lokal Trenggalek. Sekarang karena pengikut media sosial Kominfo Trenggalek banyak yang dari luar kota, luar pulau dan luar negeri, otomatis dampak dari Program Usahaku ini lebih dikenal.
"Otomatis penjualan mereka akan meningkat, karena pesanan dari luar kota itu juga akan meningkat," akuinya.
Arief berhap, program ini bisa ditindaklanjuti setiap tahun dan akan semakin meningkat. Lalu, untuk proyeksi menengah, kalau bisa usai ini ini akan dilatih tentang digitalisasi branding maupun marketing dari usaha yang telah dijalankan.
Selain itu, pihaknya berharap ekosistem digital bakal terbentuk dengan sendirinya usai program tersebut. Akan berkelanjutan jangka panjangnya akan mandiri setelah dilatih pengelolaan media sosial, yang digunakan untuk penjualan produk sesuai dengan tema besar AJK 2023 'Peta Jalan Menuju Indonesia Digital'.
"Target kami 5 tahun pertama sekitar 50 lebih pelaku UMKM yang sudah benar-benar mandiri. Bisa kita lepas untuk lebih memperkenalkan produk secara pribadi," pungkasnya.