Pulau Gili Labak Sumenep, Berawal dari Sarang Tikus Kini Mempesona

Pulau Gili Labak Sumenep
Sumber :
  • IST/Viva Jatim

Jatim –Kabupaten Sumenep memang menyajikan beberapa pantai yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan. Wisata pantai pantai menjadi salah satu incaran di akhir pekan bersama dengan keluarga. Ada pantai yang unik dan menarik di Kabupaten Sumenep Madura yaitu pantai Gili Labak.   

Mendaftar ke PKB dan PDIP, Bunda Fitri Siap Maju di Pilkada Sumenep

Pantai Gili Labak kini memukau para wisatawan asing yang singgah di Kabupaten Sumenep. Meskipun, pulau Gili Labak Sumenep Madura awalnya dari Sarang Tikus Hingga disulap jadi pantai dengan sejuta keindahan di dalamnya.

Dilansir dari berbagai sumber, para wisatawan tentu tidak akan percaya bahwa Pulau Gili Labak Sumenep Madura asalnya adalah sarang Tikus. Tetapi, kini pulau ini sudah menjadi destinasi andalan di Kabupaten Sumenep bahkan serasa berada di pulau Bali ketika mengunjunginya. 

Didatangi Pemda dan BKKBN, Ini Alasan Bocah 4 Tahun di Sampang Madura Tunangan

Tidak banyak yang tahu bahwa dahulu nama pulau Gili Labak Sumenep Madura adalah Pulau Tikus. Masyarakat menyebutnya demikian karena menurut mereka pulau ini merupakan sarang tikus.

Namun karena mungkin nama tersebut tidak menggambarkan keindahan dari pulau ini, maka nama pulau ini diganti menjadi Gili Labak yang banyak menjadi incaran dari para wisatawan luar. 

Bahan Petasan 1 Kg Hancurkan Rumah di Bangkalan, 1 Tewas 2 Luka-luka

Semenjak pergantian nama tersebut kini tempat ini semakin dikenal dikalangan wisatawan yang gemar berwisata eksplorasi pulau.

Kisah Miris Di Balik Keindahan Gili Labak

Di balik keindahannya, ternyata tempat ini juga memiliki cerita miris yang dialami oleh masyarakatnya.Salah satu warga yang tinggal di Pulau Gili Labak Sumenep Madura  mengatakan meskipun  di Gili Labak terdapat banyak pohon kelapa, tapi untuk berjualan Ia tetap mendatangkan kelapa dari Sumenep.

Hal itu disebabkan karena pohon kelapa di Pulau Gili Labak sudah tidak berbuah, karena banyak yang rusak.Semenjak dipromosikan sebagai destinasi wisata di Sumenep, keberadaan wisatawan memang sangat membantu kehidupan warga yang tinggal di Gili Labak.

Sebelum tempat ini populer, kehidupan mereka hanya sebagai petani dan juga nelayan. Petani pun hanya musiman jika saat musim hujan saja, dan yang bisa ditanam hanya jagung dan singkong.

Kesulitan perekonomian juga berimbas terhadap pendidikan anak – anak yang tinggal di Gili Labak. Banyak anak – anak di Pulau Gili Labak yang putus sekolah karena sekolah jauh, harus menyeberang ke Pulau Talango selama 1 jam perjalanan.

Warga pun banyak yang tidak betah tinggal Pulau Gili Labak karena kesulitan mendapatkan air tawar. Ada yang sudah mencoba melakukan pengeboran tetapi hasil yang didapat adalah air payau bahkan air asin.

Alhasil untuk mendapatkan air bersih warga Gili Labak harus membeli dari pulau lain dengan mengirimkan jerigen ke kapal nelayan dengan biaya Rp. 5.000 per jerigen. Dari penuturan seorang traveler juga menyebutkan listrik di Gili Labak saat ini hanya hidup ketika malam hari saja, pada siang hari kita tidak dapat menikmati aliran listrik.

Walaupun pulau ini terbilang kecil dan cukup jauh dari Kabupaten Sumenep, ternyata sudah dihuni oleh beberapa kelompok masyarakat. Awalnya ada sekitar 35 Kepala Keluarga (KK) yang menetap di Gili Labak, namun saat ini diperkirakan hanya tersisa 25 KK saja yang menetap, sisanya sudah merantau.