Belasan Makam Keramat Palsu yang Sering Diziarahi Dibongkar di Mojokerto

Lokasi makam keramat palsu yang dibongkar.
Sumber :
  • M Lutfi Hermansyah/Viva Jatim

Mojokerto, VIVA Jatim – Sebanyak 13 makam palsu yang semula disebut keramat dan banyak diziarahi di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, dibongkar oleh warga. Alasannya, tidak ada bukti sejarah tokoh yang di makamkan di sana dan diduga dibuat untuk keuntungan semata.

Update Harga Pangan 15 Januari 2025: Beras Naik, Daging Ayam dan Sapi Turun

Makam-makam tersebut berada di area Situs Kumitir atau Istana Bhre Wengker. Di lokasi, ada belasan makam lengkap dengan batu nisannya. Hanya ada dua nisan yang diberi nama, yaitu Syech Mustofa Raden Cokrobuwono dan Nyai Dewi Gondo Sari.

Ada juga dua makam yang diketahui warga sebagai tempat peristirahatan terakhir Mbah Sagu dan Mbah Gumiwang, tapi namanya tak ditulis di batu nisan makam keduanya. Dua sosok itu diketahui warga sebagai pembabat alas dan pendiri Dusun Bendo.

Investasi Trenggalek Selama 2024 Senilai Rp580 Miliar, Ada Pabrik Porang dari China

Pembongkaran dilakukan setelah Organisasi Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI) Laskar Sabilillah Kabupaten Mojokerto menelusuri terkait kebenaran siapa sosok dibalik makam. Sebab, makam-makam itu kerap didatangi peziarah.

Pihak PWI Laskar Sabilillah Kabupaten Mojokerto lantas mencari tahu informasi tersebut ke warga setempat dan mengumpulkan data-data sejarah lainnya.

Kasus Ledakan di Rumah Polisi Mojokerto Dilimpahkan ke Polda Jatim

“Kalau menurut masyarakat setempat, terkait dengan sejarah desa ini hanya dua makam ini [yaitu Mbah Sagu dan Mbah Gumiwang] yang asli. Lainnya palsu,” kata Panglima PWI Laskar Sabilillah Kabupaten Mojokerto Athourrahman kepada wartawan, Selasa, 14 Januari 2025.

Didapati informasi bahwa seseorang bernama Sholeh adalah pihak yang membangun makam-makam tersebut. Namun, kata Atho, Sholeh tak bisa menjelaskan sejarah dan sosok di balik makam.

“Ternyata alasan membuat makam itu dari mimpi. Alasan kedua, sumbernya dari beberapa kiai. Ketika saya ingin temui, katanya, kiainya sudah meninggal,” ungkap Atho.

“Bahkan [Sholeh] menyebut tokoh di balik makam] dari trah Mataram. Walupun menyebut dari trah Mataram, kita kejar datanya, karena kita juga kenal dengan beberpa abdi dalem. Ternyata datanya tidak ada,” imbuhnya.

Tiga minggu terakhir rapat koordinasi dengan Pemerintah Desa Kumitir, Camat hingga Polsek Jatirejo digalakkan. Rapat koordinasi ini mambahas terkait kebenaran makam. Termasuk pembongkaran jika memang benar makam palsu.

Pertemuan itu juga mendatangkan Sholeh untuk dimintai keterangan. Tetapi, menurut Atho, Sholeh tak bisa memaparkan secara gamblang dan menyajikan data kebenarannya.

“Makam-makam ini dibilang petilasan, kita simpel, makam apa pun walaupun makam hewan kalau tidak ada kegiatan keagamaan tidak ada persoalan,” ujarnya.

Selama beberapa tahun terkahir, makam-makam tersebut sering didatangi Sholeh dengan jemaahnya. Mereka berziarah untuk berzikir. Namun, Atho menyayangkan modus makam palsu ini untuk mendapat keuntungan.

“Setahu saya kegiatannya positif, di sini ada iuran dan ada kotak amal yang tidak tahu dilarikan ke mana. Setahu saya setelah ngobrol dengan masyarakat, ada masyarakat yang dimintai iuran untuk pembangunan makan ini. Banyak indikasi yang merugikan menurut saya,” terangnya.

Rapat koordinasi menghasilkan keputusan makam-makam tersebut harus dibongkar, kecuali makam Mbah Sagu dan Mbah Gumiwang selaku pendiri Dusun Bendo. Makam-makam palsu dibongkar pada Senin, 14 Januari 2025 malam. Kini, makam-makan palsu telah diratakan dan batu nisannya dicopot.

Kepala Dusun Bendo, Nirawang Pahalila menyebut, makam-makam palsu diperkirakan dibangun tahun 2018. Namun, saat itu dirinya belum menjabat sebagai Kasun. Ia juga mengaku tak mengenal sosok Sholeh.

“(Sholeh) Pernah datang ke sini saya minta KTP. Kalau di KTP tercatat orang Bogor dan namanya Sholeh,” katanya.

Menurutnya, makam-makam palsu itu berdiri di atas tanah kas desa (TKD). Sehingga, dengan adanya pembongkaoran ini, tanah dikembalikan ke desa.

“[Makam palsu] tidak ada pembuktiaanya. Yang jelas setelah saya musyawarah dengan sesepuh asli sini, berdasarkan cerita turun-temurun, yang asli ada hanya makam Mbah Sagu dan Gumiwang,” pungkasnya.