StatsMe Rilis Survei Beban Ganda Perempuan Pekerja Jawa Timur, Ini Hasilnya

Rilis Survei StatsMe
Sumber :
  • Rahmat Fajar

Surabaya, VIVA Jatim-PT Cemerlang Statistika Indonesia (StatsMe) merilis hasil surveinya tentang beban ganda perempuan pekerja di Jawa Timur. Survei tersebut dilakukan pada 14-25 Februari lalu yang melibatkan 479 responden dari 21 kota/kabupaten di Jawa Timur. Survei tersebut menyasar pekerja perempuan yang sudah menikah.

Jatuh dari Boncengan Motor, Remaja Putri di Mojokerto Tewas Terlindas Truk

Dirut StatsMe, Lussi Agustin mengungkapkan dari hasil survei yang dilakukan menemukan sebagian besar responden berbagi tugas-tugas rumah tangga dengan suami mereka yaitu mencapai 58,87 persen.

Kemudian sebanyak 42,80 responden mengakui bahwa suami terlibat dalam sebagian besar urusan rumah. Yakni, sekitar 51-75 persen. Sementara, menurut 28,39 responden lainnya, suami mereka berkontribusi dalam sebagian kecil urusan rumah atau sekitar 26-50 persen.

Dua Napiter Eks Jemaah JI-NII di Lapas Tulungagung Ikrar Setia NKRI

Lussi menjelaskan sebanyak 45,93 persen responden StatsMe adalah lulusan S1/S2/S3. Sedangkan 34,45 persen dan 13,99 persen lainnya masing-masing tamatan SMA/ sederajat dan diploma.

"Latar belakang pendidikan yang baik itulah yang berkontribusi positif dalam pembagian peran dalam rumah tangga. Artinya, para responden tidak sendirian mengurus rumah," ujarnya dalam penyampaian hasil riset Data & Gender, di Quest Hotel Darmo, Surabaya, Senin, 10 Maret 2025.

ULBI Kembali Buka Program Ikatan Dinas PosIND untuk 100 Mahasiswa

Kendati demikian, konstruksi sosial seringkali menempatkan perempuan sebagai objek dengan peran (dan tentu saja beban) berlimpah. Salah satunya adalah kebiasaan memasrahkan pengasuhan anak di tangan perempuan. Pun kebiasaan perempuan untuk urusan kebersihan dan kesehatan anggota keluarga serta lingkungan sekitar rumah.

Lussi menambahkan stigma masyarakat bahwa perempuan lebih baik di rumah saja menjadi beban tersendiri bagi para perempuan pekerja. Sebab, mereka dituntut untuk menjalankan perannya sebagai istri dan ibu secara maksimal.

Menurutnya tanpa kerja sama dan dukungan yang baik dari suami, beban tersebut menjadi pemicu perselisihan, konflik bahkan kekerasan dalam rumah tangga. Akibat beban ganda tersebut, perempuan yang secara fisik memang lebih lemah ketimbang laki-laki seringkali merasa kelelahan.

Belum lagi fakta biologis yang membuat perempuan mengalami ketidakstabilan hormon satu bulan sekali saat menstruasi. Maka, selain fisik, perempuan juga rentan mengalami kelelahan mental.

Dalam survei, lanjutnya, StatsMe menemukan bahwa sebanyak 54,28 responden mengaku kelelahan dan stres menjalankan peran mereka sebagai pekerja sekaligus ibu dan istri. Jika itu terus terjadi, keharmonisan hidup rumah tangga bisa terancam.

"Berdasar wawancara lanjutan yang StatsMe lakukan terhadap sebagian responden, perempuan yang bekerja sangat membutuhkan dukungan fisik dan mental dari suami dan lingkungan. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan tiap keluarga adalah menyeimbangkan waktu bekerja dan istirahat," katanya.

Maka, Lussi menyarankan agar tugas-tugas dalam rumah tangga dikerjakan bersama-sama dengan porsi seimbang. Selain berbagi beban, dua hal lain yang bisa dilakukan adalah membuat skala prioritas dan meluangkan waktu untuk healing alias menghalau stres.

Pembiasaan-pembiasaan berbagi peran dan bekerja sama di dalam rumah tangga itu akan memengaruhi pula cara pandang lingkungan masyarakat terhadap peran perempuan dan laki-laki. Baik peran mereka sebagai pelaku ekonomi, maupun sebagai istri dan suami serta ibu dan ayah, dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, katanya, para perempuan pekerja yang memikul beban ganda di pundak mereka akan mampu menjalankan peran dengan seimbang. Mereka memiliki peluang dan ruang untuk mengaktualisasikan diri yang merupakan kunci kebahagiaan perempuan.

“Hari Perempuan Internasional yang kita peringati pada 8 Maret lalu kembali mengingatkan kita pada pentingnya membangun gender awareness dalam masyarakat,” tutur Lussi.