Gegara Banyak ODGJ Mengamuk, Puskesmas Dawarbladong Mojokerto Bentuk Kader Kesehatan Jiwa tiap Desa

Tim TRC UPT Puskesmas Dawarblandong Mojokerto
Sumber :
  • M. Lutfi Hermansyah/Viva Jatim

Jatim –Jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto mencapai 130 orang. Bukanya hanya jumlahnya yang semakin meningkat, ODGJ kerap kali mengamuk dan membawa senjata tajam (sajam). Berangkat dari kasus itu, UPT Puskesmas Dawarblandong membuat program khusus untuk mengontrol dan menanggulanginya. 

ODGJ Meninggal Tercebur ke Sungai Dam Prambon Trenggalek

Kepala UPT Puskesmas Dawarblandong, Deny Setiawan mengatakan, pihaknya telah membentuk kader kesehatan jiwa di setiap desa dan Posyandu Jiwa. Mereka bertugas mengevakuasi, mengidentifikasi, serta mendeteksi dini risiko gangguan jiwa di lingkungan sekitarnya. Dalam menjalankan tugasnya, mereka bersinergi dengan tim reaksi cepat (TRC) UPT Puskemas Dawarblandong. 

Selain itu, para kader kesehatan jiwa ini juga bertugas melaporkan dan mencatat segala kasus baru dan memantau perkembangan kondisi pasien ODGJ di wilayah masing-masing. 

Peran Penting Perempuan dalam Menjaga Kesehatan Jiwa Keluarga

"Tim TRC itu terdiri dari 3 orang, yaitu 1 driver ambulans, 1 perawat, dan 1 dokter. Mereka dibantu kader jiwa. Setiap desa memiliki 4 orang karer jiwa.  Mereka pun telah dilatih," katanya kepada Vivajatim.co.id, Kamis, 23 Februari 2023. 

Tak hanya melibatkan kader jiwa, personel  Koramil dan Polsek Dawarblandong juga turut membantu penanganan ODGJ. Sebab, pasien ODGJ kerap kali mengamuk hingga membawa senjata tajam. 

Siapa Sangka, 3 ODGJ Ini Jadi Penyanyi Berkat Bimbingan Jenita Janet

Sejauh ini, UPT Puskesmas Dawarblandong masih memiliki satu posyandu berada di Desa Suru. Karena pasien ODGJ paling banyak berasal dari Desa Suru. Saat ini terpantau ada  10 ODGJ. 

Cara ini dinilai sukses mengidentifikasi ODGJ sejak dini. Di Tahun 2022, ada 105 ODGJ tidak terpantau dan terkontrol. Kini 80 dari 105 ODGJ telah terkontrol tim TRC dan kader jiwa. 

"Dengan adanya posyandu kita berharap mereka (ODGJ) bisa berobat secara teratur dan terpantau. Kalau tidak mau berobat mereka bisa tiba-tiba mengamuk, lalu muncul halusinasinya," terang Deny. 

Deny menjelaskan, tim TRC dan Poli Jiwa mempunyai ranacangan inovasi program untuk mengontrol pasien ODGJ bekerja sama dengan Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto. Yakni, mengontrol kondisi pasien ODGJ di setiap rumah dan melakukan pemberdayaan. 

Ia pun berharap tersedianya shelter atau tempat penanganan untuk menampung ODGJ. Disana, meraka akan diberikan makan dan obat-obatan secara teratur serta dibuatkan kegiatan keterampilan. 

"Jadi kalau ODGJ diam itu halusinasi bisa muncul. Maka dari itu harus dikasih kegiatan. Kegiatan-kegiatan skill misalnya, seperti mengecat," ujarnya. 

Menurutnya, banyak faktor penyebab seseorang menjadi ODGJ. Diantaranya, faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor sosial.

"Secara kasat mata memang tidak menular, tapi kalau ngobrol dengan ODGJ  juga bisa ikut. Ada juga faktor genetik. Seseorang yang mempunyai genetik ODGJ apabila sering berinteraksi dengan ODGJ ya bisa terkena juga," ungkapnya. 

Ia menambahkan, program penangan pasien ODGJ ini bukan menurunkan jumlahnya, melainkan untuk mengontrol. 

"Tugasnya Poli Jiwa itu nanti turun mendatangi rumah-rumah ODGJ yang tidak mau berobat dan kontrol. Nanti mereka memberi pemahaman kepada pihak keluarga dari ODGJ tentang pentingnya berobat dan dampak ODGJ kepada orang banyak," pungkas Deny.