Waspada! Leptospirosis Kini Merambah ke Trenggalek dan Tulungagung
- Istimewa
Jatim – Kasus Leptospirosis saat ini menjadi perhatian Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur. Pasalnya, beberapa daerah sudah terdeteksi wabah ini, termasuk di Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek yang berbatasan langsung dengan Pacitan.
Dilansir dari VIVA, data resmi yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Jawa Timur, jumlah kasus leptospirosis tercatat masih berpotensi ada kenaikan. Sementara angka tertinggi penderita adalah Kabupaten Pacitan yang mana enam penderita di antaranya meninggal dunia.
Dinkes Kabupaten Pacitan terus gencarkan sosialisasi program penyakit menular dan tidak menular bagi masyarakat secara menyeluruh, di wilayah Kabupaten Pacitan dengan gerakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Sosialisasi bukan hanya di kelompok besar tetapi juga melalui kelompok kecil baik itu tingkat RT RW, Posyandu, Masjid maupun kelompok kecil yang lain yang ada di Pedesaan dan Kota.
"PHBS menjadi penangkal dini agar warga tidak terjangkit bakteri leptopira yang biasanya ada pada kencing tikus di sekitar rumah atau lingkungan tertentu. Semua jenis penyakit bahkan bisa dicegah dengan PPHBS. Cara ini dapat dibilang efektif," kata PLT Kepala Dinas Kesehatan Pacitan, dr Daru Mustiko Aji.
Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ini merupakan gerakan demi menekan angka sebaran bakteri leptospira seiring dengan meningkatnya populasi tikus sepekan terakhir ini.
Sebagai upaya Dinas Kesehatan dalam pencegahan penyakit leptospirosis yang belakangan mewabah di sejumlah daerah di Pacitan kendati sejauh ini masih ada ditemukan kasus leptospirosis.
Dokter Daru juga menyampaikan, tentunya sosialisasi tersebut dikolaborasikan dengan pemberantasan dan basmi hama tikus.
"Dari hasil trapping terlihat populasi tikus meningkat. Pemberantasan yang sudah dilakukan di sejumlah daerah setidaknya dapat mengurangi tikus yang sebabkan penyakit," ucapnya.
Diketahui Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat menginfeksi pada manusia maupun hewan.
Manusia paling sering terinfeksi melalui kontak pekerjaan, atau kontak langsung atau melalui air dengan urine hewan tikus. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah jika tidak dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin.