Bupati Trenggalek Sebut Budidaya Ikan Patin Bisa Tekan Angka Kemiskinan Ekstrem

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin
Sumber :
  • Madchan Jazuli/ Viva Jatim

Trenggalek, VIVA Jatim-Budidaya ikan tawar terus bergeliat di desa-desa Kabupaten Trenggalek. Salah satunya di Desa Sukowetan Kecamatan Karangan, merubah tanah kas desa menjadi lahan Ikan Patin

Perempuan di Trenggalek Tewas Tertimpa Pohon Asam Setinggi 11 Meter

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin mengaku budidaya tersebut mampu menekan angka kemiskinan ekstrem. Dirinya mengapresiasi adanya budidaya Ikan Patin di Desa Sukowetan. 

Menurutnya, peningkatan budidaya Ikan Patin mekanisme inti dan plasma sudah melibatkan aset desa digunakan oleh pengusaha, untuk kemudian mereka berbudidaya Ikan Patin cukup menjanjikan.

Pjs Bupati Trenggalek Tanggapi Pandangan Umum Fraksi DPRD terkait Ranperda APBD 2025

"Ini bisa jadi salah satu peningkatan ekonomi, khususnya yang terlibat dari desa memprakerjakan masyarakat yang masih produktif masuk data kemiskinan ekstrim. Harapannya bisa mempercepat (penurunan) angka kemiskinan ekstrim," ungkap Mochamad Nur Arifin, Rabu, 5 Juli 2023.

Mas Ipin, sapaan akrabnya menambahkan budidaya ini bisa dikerjasamakan dengan masyarakat yang ada. Sehingga lahan masyarakat bisa juga dikerjasamakan bagi masyarakat. Lalu bagi para pengusaha kemudian memberikan pelatihan hingga memberikan asistensi secara intensif.

Kunjungi Pabrik Kecap di Trenggalek, Khofifah Apresiasi Banyak Pekerja dari Disabilitas

"Dengan begitu hasil kualitasnya baik dan masih terbuka sekali untuk produk patin ini," akuinya.

Perihal minat masyarakat, Politisi PDI-P ini menambahkan pola pikir warga menanam hingga memelihara apapun jika membuahkan hasil pasti senang menekuni. Terbukti, sampa sekarang bisa berkembang seluas 6 hektare, berarti minat masyarakat baik.

"Dan disini cenderung daerah tidak ada banjir dan kemudian bikin kolam," tandasnya.

Beberapa Kelebihan Budidaya Ikan Patin

Sementara, Kepala Desa Sukowetan, Sururi mengungkapkan kaitannya pengelolaan tanah kas desa (TKD) menggunakan proses kerjasama dan menyewakan sebagai lahan kolam Ikan Patin. Harapan pemerintah, dengan membuka lahan secara otomatis  membuka lahan wisata edukasi patin.

"Mulai dari pengelolaan sampai pemeliharaan dan juga nanti jual belinya. Alhamdulillah saat ini warga kami ada sekitar 20 yang sudah bekerja," jelas Sururi.

Lurah Sukowetan menuturkan kelebihan budidaya Ikan Patin selanjutnya adalah tidak butuh lokasi yang banyak dan tidak menimbulkan aroma seperti ikan lainnya. 

"Bed kalau lele itu kotoran sampai bau, tapi patin tidak, jadi pas panen relatif baunya tidak menyengat," bebernya.

Ketiga, dengan kerjasama kepada pihak PT, tidak ada penjualan yang sistem tidak tertata. Berbeda jika tidak melalui PT seperti Ikan Lele, saat musimnya tidak laris bisa hanya laku per Kg Rp 10 ribu. Namun Ikan Patin tetap, kisaran Rp 17 ribu sampai Rp 18 ribu.

"Itu saja kalau pabrik kita dengan adanya beberapa komoditas yang di beli dari patin bisa dibeli sampai Rp 24 ribu," ulasnya.

Pihaknya bersyukur selama ini, sudah ada  ada 3 kelompok dengan usaha patin. Total jumlah anggota ada 70an orang dengan pihak PT. Kelebihan lain menjalin kerjasama dengan PT adalah tidak bingung soal harga benih sampai panen.

"Selama ini kalau yang dari warga itu belum, cuma yang bekerjasama dengan PT sudah 3x panen. Sementara ini ada 4 sampai 5 hektare, tapi yang sudah diberi bibit ketika launching pak bupati itu sekarang 3,4 hektare," tutupnya.