Sukses Kunyit, DSA Ponorogo Bergeliat Ekspor Temulawak 50 Ton

Ekspor komoditas temulawak dan kunyit ke India
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Pria Sarjana Ekonomi ini mengaku proses penanaman temulawak selama 8 bulan sampai 1 tahun. Tanaman herbal yang juga mengandung tiga senyawa aktif, yaitu seskuiterpen d-kamper, germakron turmeron, dan p-toluilmetilkarbinol ini bukan tanaman inti. Melainkan biasa tanaman tumpang sari.

Ekspor 20 Ton Nanas ke UEA, Pemkab Kediri Dampingi Petani Jaga Kualitas

Di daerahnya, Slemet menjelaskan kunyit, temulawak dan jahe tumbuh di daerah daerah Ponorogo, Pacitan dan Trenggalek tidak dibudidayakan satu komoditas seperti halnya padi jagung. Akan tetapi ini adalah salah satu bagian tumpangsari, atasnya berupa di jagung, lombok dan sebagainya.

"Bukan tanaman inti yang perlu kita lakukan menghadapi perubahan iklim, tetapi memperluas cakupan penanaman. Supaya mereka bisa satu tanaman ini bisa dipanen ini bisa untuk stok," jelasnya.

46 Warga di Ponorogo Keracunan Nasi Hajatan, Satu Meninggal Dunia

Perihal prospek ke depan, dirinya mengaku ini luar biasa ketika produk turunan temulawak mampu menjadi minyak. Sebab, harga minyak temulawak sangat keren dan bagus. Ketika hasil bagus, secara langsung bisa mengangkat harga di petani.

Pasalnya, informasi di luar negeri per 1 liter minyak yang berasal dari kunyit dan temulawak bisa menembus harga Rp 200 juta. Tak hanya itu, temulawak juga juga digunakan sebagai teh.

Pelaku Usaha Kecil di Ponorogo Keluhkan Naiknya Harga LPG 3 Kg

Kendati demikian, ia mengatakan sebuah program tentu banyak sekali plus minus. Jika tidak ada dukungan semua pihak, tidak akan bisa berjalan. Slamet mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, stakeholder mulai dari pemerintah, pihak universitas, petani, hingga pedagang.

"Ini bisa diteruskan ke sampai kemandirian universitas yang saya sebutkan tadi harapannya," paparnya.

Halaman Selanjutnya
img_title