Perajin Toples Anyaman Bambu di Tulungagung Banjir Orderan Jelang Lebaran
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Selain risiko yang lebih ringan dibanding ekspor, pasar lokal menurutnya lebih santai dalam hal pemenuhan pesanan. Pasalnya, kesibukannya yang banyak seperti dalam mengajar door to door ke sekolah-sekolah juga tidak jarang mengisi materi tentang insdustri kreatif yang ia tekuni.
"Fokus pemasaran lokal, akan tetapi tidak menutup kemungkinan ada permintaan dari luar negeri kita layani," imbuhnya.
Pria asli Desa Sumberbendo Kecamatan Pucanglaban ini mengaku dalam bulan suci Ramadhan ini pesanan toples meningkat, berbeda dengan bulan-bulan biasa. Tergantung juga saat musim hajatan pernikahan bisa mendapatkan pesanan banyak.
Dirinya mengaku dalam berusaha menjalankan industri kreatif ini menonjolkan memodifikasi hasil anyaman lebih menarik. Layak jual, memiliki ke khasan yang berbeda ketimbang produk lain. Namun ia tidak memberikan pewarna tambahan untuk wadah yang langsung digunaka sebagai wadah makanan.
"Cat bambu ada wenter, bahan teksil macam-macam cuma yang tidak tersentuh dengan makanan. Beda kalau toples ini saya kasih pewarna makanan, karena didalamnya ada toples plastik," katanya.
Pria berusia 53 tahun menjelaskan bahwa pesanan mayoritas masih dari lokal. Ia pun tidak melarang bagi pihak kedua atau yang lebih dikenal sebagai dropship menjualnya kembali, dengan syarat dirinya tahu harga jual yang ditentukan oleh pihak kedua.
"Pernah ada yang mengambil pesanan dari Bali dan NTB, namun jumlahnya sesui kebutuhan sana," jelasnya.