Husain, Debaters Asal Desa Raih Perak di Kancah Dunia
- Dokumen Husain
Husain melanjutkan, dalam Lomba Debat Internasional, hampir sama cara berlogika menganalisis, mencari bukti, memberikan argumen seperti Bahstul Masa'il di pondok pesantren. Karena ia mengalaminya sendiri semasa nyantri beberapa tahun di pondok pesantren.
Perbedaan debat yang ia ikuti dengan Bahstul Masa'il terletak pada objek yang diperdebatkan. Jika Bahsul Masail tentang hukum fenomena kekinian, bagaimana hukum ibadah hingga muamalah dan seterusnya.
Sedangkan dalam debat, ia menerangkan yang dibahas adalah semua masalah dunia dan masalah umum. Semisal, adanya rekayasa genetik, adanya penyuaraan politik dalam olahraga, masalah keuangan dalam perusahaan-perusahaan swasta dan sebagainya.
"Pembahasan masalah umum di dunia, politik, kesehatan hingga ekonomi. Kalau sistemnya kita pahami dulu asas masalahnya. Setelah itu kita telaah kenapa ada masalah seperti ini, lalu kita teliti dari argumen dari sisi pendidikan, politik dan sebagainya," paparnya.
Sementara, jika dalam Bahtsul Masail, dikatakan Husain harus menggunakan i'tibar, usul fiqih, dan beberapa ibarot (sumber). Kalau di debat hampir sama, harus menggunakan based on data. Ketika menggunakan argumen, harus ada mana bukti, data, terjadi dimana, dan sudah diteliti di mana.
"Teman-teman Bahstul Masa'il itu sebenarnya mempunyai logika-logika berfikir, juga bisa digunakan di debat Bahasa Arab," akuinya.
Mahasiswa yang memiliki bermotto hidup 'Bermimpilah sampai orang lain menertawakanmu, hidupmu pilihanmu' ini mengajak pemuda untuk bangkit. Pelajar, mahasiswa atau santri harus benar-benar bermimpi, bukan menghayal. Karena bermimpi lewat mencari jalan untuk mencapai mimpi.