Cerita Kiai Badruddin Jajar Trenggalek Obral Hizib Bambu Runcing untuk Usir Penjajah
- Viva Jatim/Madchan Jazuli
Kiai kharismatik ini lantas mandi di sungai yang berada di timur pondok. Atas izin Allah SWT, Kiai Badruddin sembuh seperti sedia kala tanpa ada keluhan. Alhasil, beliau menunaikan pesan dalam mimpi untuk perang ke Kota Surabaya.
Ada pesan Kiai Badrudin kepada santri-santri sebelum ke medan laga. Beliau berpesan kepada keluarga dan para santri “anu yo, sak isone, sak kuasane sak jerone aku lungo wacakna Al-Qur'an” (Sebisanya, sekuatnya selama aku pergi bacakanlah Al-Qur'an), serta didoakan akan agar beliau tetap dalam lindungan Allah swt.
Tiba waktu berperang, beliau di jemput oleh serombongan tentara jihad yang datang dengan seragam perang lengkap dengan mobil sedan khusus menjemput para tokoh. Ada yang menjadi perhatian, Kiai Badrudin mengenakan pakaian seperti mau mengaji setiap hari. Tak lepas dari penutup kepala kopiah, baju lengan panjang warna putih.
Serta sarung selalu melekat di tubuh beliau.
Meski demikian, penampilan beliau tetap berbeda dari biasanya, lantaran pada pinggang terselip sebilah keris yang konon bernama 'Keris Mangku Negoro'. Inilah kiranya yang membuat beliau berbeda dari penampilan biasanya.
Lain cerita, asal muasal Kiai Badrudin berperang di Surabaya karena sebelum peperangan meletus, Pondok Jajar mengadakan gemblengan yang pesertanya dari berbagai penjuru daerah. Mereka datang membawa senjata tajam termasuk salah satunya bambu runcing.
Bambu runcing dimasukkan ke dalam asma' yang sudah dibacakan hizib atau doa oleh Kiai Badruddin. Atas izin Allah bambu itu mengeluarkan pijaran api, sehingga keampuhan beliau menyeruak ke segala penjuru. Oleh sebab itu pemerintah setempat mencari orang-orang sakti supaya ikut berperang di Surabaya.