Cerita Kiai Badruddin Jajar Trenggalek Obral Hizib Bambu Runcing untuk Usir Penjajah
- Viva Jatim/Madchan Jazuli
Kiai Badrudin berangkat ke Surabaya diiringi oleh pekikan takbir dan sholawat oleh keluarga, para santri dan masyarakat sekitar yang menggema.
Kurang lebih pertempuran selama lima belas hari, Belanda membuat hampir luluh lantak Surabaya. Atas izin Allah beberapa juga menggunakan senjata api meski tidak sebanding dengan Belanda, tapi bisa memukul mundur di Kota Surabaya.
Serta juga kiai menambahi dengah senjata yang telah di asma' atau didoakan. Seperti Kiai Badruddin bersenjatakan jagung, pasir dan garam. Tidak bisa dianggap remeh, saat musuh datang, beliau menaburkan garam atas izin Allah berubah menjadi lebah yang ganas ikut menyerang penjajah.
Sementara segenggam pasir membuat mata penjajah buta tidak bisa melihat dimana lawan berada.
Sementara garam yang disebarkan Kiai Badruddin langsung menjatuhkan diri ke tanah dan bergerak layaknya orang yang berenang dan berada di samudera.
Buku setebal 64 halaman ini juga menceritakan pernah saat Kiai Badruddin dikejar oleh orang-orang Belanda menggunakan kendaraan lapis baja. Beliau menghadapinya hanya menggunakan tangan kosong. Bi idznillah kendaraan tank tersebut dipukul hingga menyebabkan hancur berkeping-keping.
Menyaksikan kekalahan hampir menimpa Belanda, sebagian pasukan Belanda mundur untuk menyelamatkan diri. Ketika para kiai beserta pejuang pulang ke masing-masing daerah, termasuk Kiai Badruddin dibuntuti oleh musuh sebagai target serangan balik.