Jurus PC IBI Mojokerto Tekan AKI-AKB Melalui Sejumlah Program Bersama Pemkab
- M Lutfi Hermansyah/Viva Jatim
Mojokerto, VIVA Jatim – Pengurus Cabang Ikatan Bidan Indonesia (PC IBI) Kabupaten Mojokerto berupaya untuk percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian Bayi (AKB) melalui sejumlah program. Semua program yang dijalankan dengan berkolaborasi bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto.
Selain menekan angkanya, program tersebut diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Ketua PC IBI Kabupaten Mojokerto Rany Juliastuti menuturkan, sepanjang 2023, berbagai program menekan AKI-AKB telah direalisasikan dengan mengacu program dari Menteri Kesehatan, yaitu program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dengan stiker. Di mana, program tersebut merupakan terobosan dalam percepatan penurunan AKI-AKB melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan.
Program tersebut berjalan sejak tahun 2007 dan berlanjut hingga sekarang. Selain itu, juga untuk mendukung program Kementerian Kesehatan pada tahun 2019. Yakni pogram perencanaan persalinan dan pencegahan Komplikasi (P4K).
“Program P4K ini merupakan salah satu upaya percepatan penurunan AKI dan AKB melalui peningkatan akses dan mutu pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pencegahan komplikasi dan keluarga berencana oleh bidan,” kata Rany.
Pada Juli 2023, PC IBI Kabupaten Mojokerto membentuk desa siaga dan penguatan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Program ini berkerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto, Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Mojokerto, Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Mojokerto, serta Tim Penggerak PKK Kabupaten Mojokerto.
Di tahun 2022, PC IBI Kabupaten Mojokerto pun pernah menggagas program percepatan penurunan AKI-AKB, stunting, dan peningkatan akseptor metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Dengan melibatkan pemerintah daerah.
Program tersebut meliputi kegiatan pemeriksaan, kehamilan rutin, memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif dan MPASI yang sehat, pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri, edukasi kepada remaja putri tentang keluarga dan penyakit anemia.
Tak hanya itu, PC IBI juga berkomitemen terlibat dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan TPK (Tim Pendamping Keluarga). Yaitu mendata sekaligus memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada keluarga, calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan, ibu menyusui, dan anak berusia 0-59 bulan.
Rany menjelaskan, berbagai program tersebut dipandang penting untuk pembangunan kesehatan masyarakat. Sebab, ibu dan anak mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Menurut dia, salah satu persoalan kesehatan ibu dan anak adalah tingkat kematian bayi paska persalinan. Oleh sebab itu, pemeriksaan ibu sebelum, selama, dan setelah melahirkan sangat penting.
Selain itu, edukasi tentang kesehatan kepad remaja putri juga harus digencarkan.
“Mempersiapkan remaja putri agar memiliki pengetahuan, kesadaran dan penurunan Resiko anemia dapat berkontribusi signifikan terhadap penurunan angka kematian Ibu, bayi lahir prematur, dam dan bayi dengan berat lahir rendah,” ungkapnya.
Hal ini juga selaras dengan salah satu target menuju pembangunan Sustainable Development Goals (SDG’s). Mencapai SDG’s tak bisa lepas peranan penting pemerintah. Pasalnya, pemerintah memiliki wewenang, dana, dan penentu kebijakan untuk melakukan berbagai inovasi, serta ujung tombak penyedia layanan publik.