Mengubah Stigma Kondom Jadi Positif ala Psikolog

Ilustrasi seseorang memegang kondom.
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

"Informasi baik dalam proses penyuluhan-penyuluhan, sosialisasi dan mungkin informasi berbentuk booklet," terang Mahpur.

Kedua, tips yang bisa dilakukan adalah lebih sering mengenalkan langsung alat kontrasepsi tersebut. Ketika sering disebut dalam entitas masyarakat, secara tidak langsung kondom menjadi hal positif serta masyatakat semakin tidak asing.

Ketika itu diasingkan dari realitas, Mahpur menyebut nanti akan menjadi tabu. Karena dalam sudut pandang kesehatan reproduksi atau dalam penggunaan kontrasepsi, kondom merupakan bagian dari alat yang rekomended untuk mengatur jumlah kelahiran.

"Nah itu juga bisa digunakan supaya masyarakat tidak sungkan atau tidak tabu. Menjadi bagian dari informasi yang boleh disampaikan dalam sebuah keluarga atau pasangan menikah. Bisa disosialisasikan bahkan mungkin bentuk-bentuknya itu bisanya peraga penyuluhan ditunjukkan mereka semakin tahu," ulasnya.

Disinggung soal tabu tidaknya kondom, pria yang juga dosen Fakultas Psikolog UIN Malang ini mengatakan bahwa hal itu tergantung dari keterbukaan masyarakat terhadap diskusi. Selanjutnya, pembahasan terkait dengan kesehatan reproduksi, kesehatan seksualitas, bagi mereka yang sedang membahas atau berdiskusi terkait berbagai hal tentang kontrasepsi akan tidak tabu.

Konteks pembicaraan alat kontrasepsi perlu diukur dari perkembangan seseorang. Bagi orang-orang dewasa, Mahpur menjelaskan sudah sering disampaikan di dalam pelajaran, berbagai kegiatan pendidikan. Terutama, mahasiswa atau dewasa awal, mereka sebenarnya harus tahu bahwa kondom yang fungsinya dalam proses kesehatan reproduksi.

Hal itulah yang menjadi salah satu bahan penting, semakin banyak dibicarakan semakin orang punya akses terhadap pengetahuan tentang kondom. Sehingga pemikiran masyarakat semakin terbuka dan tercerahkan.