Untung Besar Bisnis Swalayan Ikan Hias di Mojokerto, Pembeli Pilih dan Tangkap Suka-suka 

Warga tangkap ikan di Swalayan Ikan Mojokerto
Sumber :
  • Viva Jatim/Luthfi Hermansyah

"Ciri-ciri ikan sehat itu seperti licin, sisiknya kasar, jangan sampai kulitnya terluka. Kalau ditempat lain nggak boleh pasti sampai ikannya dipegang-pegang, disini bebas, " ungkapnya. 

Selain itu, pembeli juga diizinkan membungkus sendiri ikan kesukaan, lalu membayarnya di kasir. Harganya pun bervariasi, tergantung ukuran, warna, dan jenis ikan. Semakin unik, makan semakin mahal harganya. Namun, Endik membanderol ikan dengan harga dibawah pasaran. 

Misalnya, ikan koi sepanjang 30-50 cm paling mahal Rp 500 ribu/ekor. Mujaer hanya Rp 50-70 ribu dapat 100 ekor, cupang dari Rp 2.500/ekor sampai Rp 100 ribu/ekor, glofish Rp 3.000-5.000/ekor, mas koki dari Rp 3.000/ekor sampai Rp 50 ribu/ekor dengan panjang 15 cm, sedangkan akara Rp 10 ribu/ekor.

Pembelinya yang datang tidak hanya dari Mojokerto, namun juga dari berbagai daerah di Jawa Timur, baik penghobi ikan hias maupun para reseller. Seperti Jombang, Pasuruan, Kediri, Nganjuk, Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban dan Bojonegoro. Sejak pandemi COVID-19, ia tak lagi melayani pengiriman.

"Resellerku 80 persen orang Mojokerto, ada 100 lebih. Selebihnya dari Jombang, Lamongan, Gresik, Tuban, Bojonegoro, dan Pasuruan. Omzet diatas Rp 150 juta," bebernya Cak Endik, sapaan akrabnya. 

Cak bukan pembudidaya ikan hias. Ia mendatang berbagai jenis ikan hias dari para pengepul di Blitar, Tulungagung, Kediri. Dalam sepekan, para pengepul mengirim sebanyak 5 kali. "Satu minggu itu kira ada 50 ribu ekor," ujarnya.

Swalayan ini buka setiap hari pukul 05.30-17.30 WIB. Selain ikan, Cak Endik juga menjual beragam aksesoris akuarium dan makanan ikan. Dibelakang swalanya ia mempunyai kolam renang di bagian paling belakang. Tiket masuknya hanya Rp 5.000 per orang.