7 Lokasi Wisata Religi Ziarah Makam Wali di Jawa Timur untuk Memperingati Muharram
- Istimewa
Surabaya, VIVA Jatim –Bagi banyak umat Islam, Muharram, bulan suci yang dimulai setiap tahun baru adalah waktu berkabung dan merenungi dosa-dosa. Ada beberapa cara umat Islam memperingati hari tersebut.
Di Indonesia sendiri ada sebuah tradisi yang biasa dilakukan saat suro, yaitu wisata ziarah. Wisata ziarah itu biasanya mengunjungi makam-makam wali atau orang-orang yang dianggap berpengaruh di Islam Indonesia.
Tidak hanya orang Jawa yang melakukan ritual ziarah kubur para wali atau penyebar Islam, tetapi juga suku-suku lain yang beragama Islam.
Provinsi Jawa Timur sendiri mempunyai banyak makam ulama besar yang diyakini merupakan wali atau kekasih Allah SWT. Misalnya makam lima wali anggota wali songo di sejumlah daerah.
Kemudian ada juga makam ulama besar yang terlibat pergerakan pada masa penjajahan dan mendirikan organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama, Hadratussyeikh Hasyim Asyari serta makam orang-orang alim lainnya.
Nah, berikut ini tujuh lokasi wisata religi ziarah makam wali di Jatim seperti dikutip dari berbagai sumber:
1. Makam Sunan Ampel Surabaya
Sunan Ampel merupakan anggota dewan Wali Songo tertua yang memiliki peranan besar dalam pengembangan dakwah Islam di Jawa dan tempat lain di Nusantara. Makamnya ada di Kelurahan Ampel Kecamatan Semampir Kota Surabaya.
Sampai sekarang, makam Sunan Ampel masih terus ramai didatangi para peziarah kubur, bukan hanya warga Surabaya dan sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah di seluruh wilayah Nusantara. Di sebelah Makam Sunan Ampel ada makam istri pertamanya yaitu Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila.
Tak hanya berziarah ke makam, pengunjung juga dapat melihat kampung arab yang tak jauh dari makam. Kampung ini juga ikonik di Surabaya. Di sana juga berdiri masjid Ampel di sebelah makam yang sudah ada sejak zaman dulu kala.
2. Makam Sunan Giri Gresik
Makam Sunan Giri atau Kompleks Pemakaman Sunan Giri adalah salah satu pemakaman khusus dari salah satu Walisanga atau Wali Sembilan, penyebar agama Islam di Pulau Jawa.
Kompleks yang terletak di Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, ini merupakan tempat persemayaman jasad Sunan Giri atau yang bernama asli Raden Paku Muhammad Ainul Yaqin.
Selain jasad Sunan Giri, kompleks ini juga bersemayam jasad-jasad keluarga seperti ibu asuh, istri-istri, dan putera-puterinya. Kompleks Makam Sunan Giri ini dulunya adalah lokasi kerajaan Giri Kedaton yang didirikan oleh Sunan Giri pada 9 Maret 1487.
3. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim Gresik
Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim sendiri berada di Desa Gapuro Sukolilo, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Tepatnya di Jalan Malik Ibrahim, di Desa Gapuro Sukolilo yang berjarak 200 m dari alun-alun Kota Gresik, sehingga sangat mudah dijangkau dengan transportasi umum.
4. Makam Sunan Drajat Lamongan
Makam Sunan Drajat terletak di Dusun Drajat, Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Sunan Drajat juga merupakan anggota dari dewan Wali Song.
Sunan Drajat dikenal pula dengan nama Raden Qosim, merupakan putera dari Sunan Prapen dari perkawinannya dengan Nyai Ageng Manila. Beliau menyebarkan agama Islam di desa Banjaragung, Paciran, Lamongan.
Dari Banjaranyar beliau melanjutkan perjalanan ke arah Selatan di sebuah perkampungan bernama Desa Jelak yang masih menganut agama Hindu-Budha. Di desa ini Sunan Drajat mendirikan mushollah untuk berjamaah dan mengajarkan agama Islam kepada santrinya.
5. Makam Sunan Bonang Tuban
Selain wisata alam, Tuban juga terkenal dengan wisata sejarah dan religinya. Salah satu yang sudah sangat populer adalah Makam Sunan Bonang. Karena merupakan sebuah makam kuno yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan terakhir anggota Wali Songo itu.
Makam Sunan Bonang letaknya tidak jauh dari pusat kota Tuban. Lokasinya berada di belakang Masjid Agung Tuban dan hanya berjarak sekitar 6 kilometer dari Alun-Alun Tuban. Karena juga sebagai tempat wisata, area area makan pun sudah sangat tertata rapi.
Bangunan-bangunan Gapura dan pintu tua dibiarkan tetap berdiri dan tidak berubah. Bangunan tersebut bisa menjadi wisata sejarah bagi pengunjung yang datang bukan hanya dari Tuban, tapi juga dari luar kota.
6. Makam Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura
KH. Moh. Kholil atau Syaikhona Kholil dikenal sebagai Waliullah dan sebagai guru besar orang alim di negara ini, sebagai konsep gagasan atau pembentukan 'Nahdatul Ulama', melalui kedua muridnya, mereka; KH. Hasyim Asyari (almarhum), kakek Presiden keempat Indonesia yaitu KH. Abdurahman Wahid, dan KH. As'ad Syamsul Arifin (almarhum), pendiri 'Pondok Asem Bagus'.
Ulama besar yang masih mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati dari sang ayah, yaitu KH. Abdul Lathif setelah dididik dasar-dasar ilmu agama oleh ayahnya memutuskan untuk memperdalam ilmu agama ke sejumlah pesantren di Bangkalan. Di antaranya adalah Tuan Guru Dawuh di Desa Majaleh, Bangkalan yang terkenal metode pengajaran yang unik, di mana dalam memberi pelajarannya tidak harus menetap di pesantren. Kadang memberi pelajaran sambil berjalan mengelilingi Kota Bangkalan, terkadang di bawah pohon, di pinggir sungai atau di atas bukit.
Makam Syaikhona Kholil terletak di Desa Martajasah, Kabupaten Bangkalan, Madura.
7. Makam KH Hasyim Asyari dan Gus Dur
Lokasi lain adalah komplek makam keluarga di Tebuireng Jombang Jawa Timur. Di komplek makam itu terbaring jenazah ulama pendiri NU Kiai Hasyim Asyari dan keluarga besarnya. Di sana juga ada makam Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Kiai Salahudin Wahid alias Gus Sholah.
Di kompelk makam itu juga ada makam Kiai Wahid Hasyim, putra dari Kiai Hasyim dan ayah dari Gus Dur. Kiai Wahid Hasyim ini merupakan Menteri Agama pertama RI di masa pemerintahan Presiden Soekarno. Komplek makam ini berada menjadi satu dengan komplek pondok pesantren Tebuireng di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
8. Makam Panjang Troloyo Syekh Junadil Kubro
Makam Syekh Jumadil Kubro juga dikenal sebagai makam panjang di kawasan Troloyo Mojokerto. Syekh Jumadil Kubro ini dikenal sebagai kakek serta guru dari Wali Songo. Makam ini juga disebut-sebut sebagai makam muslim pertama di masa kerajaan Majapahit.
Potret Makam Troloyo di masa lalu direkam dalam tulisan William Barrington d'Almeida, penulis buku Life In Java. Buku tersebut diterbitan Hurst and Blackett London tahun 1864. d'Almeida mampir ke Makam Troloyo dalam kunjungannya selama satu hari di Mojokerto.