'Janggelan' Bahan Cincau di Trenggalek Lebihi Pendapatan, Hasilkan 30 Ton per Bulan
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Sembari menyeduh kopi di sebuah lokasi bangunan Jawa klasik ditengah pepohonan beliau mengaku optimistis Tanaman Janggelan. Sebab segmentasi pasar menyasar ke pasar lokal, sehingga mudah untuk di analisasi naik turun harga jual.
Ia mencontohkan, ada bulan-bulan harga bisa meningkat drastis. Seperti di bulan puasa atau bulan suci Ramadhan, harga Janggelan bahan cincau bisa melambung tinggi sesuai permintaan pasar lokal.
"Hanya di momen-momen tertentu, karena lebih banyak penggunaan hasil dari Janggelan digunakan sebagai cincau sehingga konsumen cincau itu masih musiman," ulasnya.
Untuk hari-hari begini, Gus Yusuf menerangkan banyak hasil panen dari petani yang dikirim keluar daerah Trenggalek. Sejauh ini ada beberapa daerah yang siap menampung, yaitu mulai Surabaya, Lamongan serta sebagian di Wonogiri, Jawa Tengah.
"Selama ini saat hasil panen melimpah, kita kirim ke paling besar di kawasan 3 daerah ini," paparnya.
Gus Yusuf mengakui proses tanam awal hingga panen membutuhkan waktu tiga bulan. Kesejahteraan masyarakat belum begitu besar. Pasalnya, naik turun harga karena tingkat kebutuhan pasar di Trenggalek belum begitu besar.
Petani di seluruh desa memiliki kelompok tani. Hasil dari panen disetor ke salah satu desa untuk dijadikan satu. Dibentuk kotak-kotak atau di pres dengan alat, diikat rapi lalu dikirim ke beberapa daerah.