Keripik Radja PP Mambaul Ulum Malang Angkat Perekonomian Lima Desa

Olahan singkong dan talas menjadi Kripik Radja
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Pasalnya, dalam satu tahun, tanaman tebu hanya satu kali tanam dan tidak menanam lagi hampir 6 sampai 7 tahun. Dibiarkan hanya di rawat dipupuk saja cukup. Jika menanam singkong, harus mengolah lagi setiap tahun.

"Habis panen diolah kembali, cuma ya kita lakukan edukasi," akuinya.

Perihal pengembangan ke depan, Gus Ali mengaku ada yang menawarkan ada menambahkan varian rasa pedas balado dan sebagainya. Namun ada saran dari Dinas Kesehatan Tulungagung untuk tidak menggunakan varian rasa, mengingat kandungan di dalamnya tidak baik untuk kesehatan.

"Lebih baik menggunakan manis dengan yang original saja. Memang dari segi pemasaran juga masyarakat juga tidak terlalu banyak dikasih bumbu-bumbu. Sehingga kita fokuskan di 2 saja," urainya.

Sementara untuk keinginan kelompoknya, pihaknya hanya ingin branding Astra bisa mengena di produk 'Kripik Radja'. Salah satunya mengajukan Gapura Astra saat masuk ke wilayah Bantur. Hal itu, Gus Ali merasa sebagai bentuk pendanaan bahwa Astra mendampingi di wilayah Kecamatan Bantur.

Sedangkan untuk kebutuhan alat, pria alumnus Pondok Pesantren Mansyaul Ulum Ganjaran Gondanglegi Malang ini berharap ada support branding dan sebetulnya membutuhkan mesin. Karena mesin yang ia gunakan adalah mesin lama, perlu di-upgrade, terutama alat perajang dan alat sablon.

"Sejauh ini Astra sudah bagus. Kami ingin pesantren memberikan manfaat kepada orang, termasuk kita dampingi beberapa orang ada bakti sosial pada pemberian sembako dan sebagainya," tandasnya.