Perajin Toples Anyaman Bambu di Tulungagung Banjir Orderan Jelang Lebaran
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Tulungagung, VIVA Jatim – Perajin toples anyaman bambu di musim Ramadan sekaligus menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H mengalami peningkatan permintaan pesanan. Kamirin, pria asal Kelurahan Tretek Kecamatan/Kabupaten Tulungagung telah belasan tahun menggeluti berbagai bidang industri kreatif.
Tak pelak, seisi ruangan di depan rumahnya kini mendisplai ratusan produk hasil kreatifitas dirinya dan juga dari siswa binaan di sekolah-sekolah. Ia mengungkapkan bahwa unit usaha disini yang di bidang kerajinan berbagai hasil mulai anyaman, lukisan dan ukiran.
Menurut Kamirin produknya yang diberi nama Crafi Rafi ini berasal dari berbagai bahan baku dibuat dengan tangan. Mulai bahan dari bambu, kayu, hingga pemanfaatan limbah. Pemanfaatan juga bermacam-macam, limbah kayu, limbah kertas, plastik dan sebagainya diolah menjadi barang bernilai ekonomis.
"Untuk bulan Ramadhan paling banyak kita membuat toples, tempat jajan. Kami juga mulai mengerjakan rantang (wadah makanan) karena hampir masuk Bulan Syawwal mulai banyak hajatan pernikahan," ulas Kamirin, Sabtu, 30 Maret 2024.
Alumnus Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) di Tulungagung yang berpusat di Pacitan lulus pada 1994 mengatakan untuk range harga jual, ia membandrol mulai dari harga besek (anyaman bambu untuk wadah) termurah sekitar Rp1.500 sampai naik ke atas, di atas harga Rp500 ribu.
Namun untuk yang kayu, harga lebih tinggi range Rp1 juta kalau satu juta ya sehotu, kalau miniatur toidak terlalu tinggi melihat jenis barang atau bahan yang dibuat berasal dari kayu apa. Namun tidak sedikit konsumen yang request dengan membawa kayu sendiri.
Kamirin menambahkan dalam hal pemasaran, meski pernah mendapatkan pesanan dan job untuk pasar luar negeri, ia lebih memilih fokus mengarap pasar lokal mulai dari dalam kota hingga pernah ada yang dari luar pulau mengambil darinya.
Selain risiko yang lebih ringan dibanding ekspor, pasar lokal menurutnya lebih santai dalam hal pemenuhan pesanan. Pasalnya, kesibukannya yang banyak seperti dalam mengajar door to door ke sekolah-sekolah juga tidak jarang mengisi materi tentang insdustri kreatif yang ia tekuni.
"Fokus pemasaran lokal, akan tetapi tidak menutup kemungkinan ada permintaan dari luar negeri kita layani," imbuhnya.
Pria asli Desa Sumberbendo Kecamatan Pucanglaban ini mengaku dalam bulan suci Ramadhan ini pesanan toples meningkat, berbeda dengan bulan-bulan biasa. Tergantung juga saat musim hajatan pernikahan bisa mendapatkan pesanan banyak.
Dirinya mengaku dalam berusaha menjalankan industri kreatif ini menonjolkan memodifikasi hasil anyaman lebih menarik. Layak jual, memiliki ke khasan yang berbeda ketimbang produk lain. Namun ia tidak memberikan pewarna tambahan untuk wadah yang langsung digunaka sebagai wadah makanan.
"Cat bambu ada wenter, bahan teksil macam-macam cuma yang tidak tersentuh dengan makanan. Beda kalau toples ini saya kasih pewarna makanan, karena didalamnya ada toples plastik," katanya.
Pria berusia 53 tahun menjelaskan bahwa pesanan mayoritas masih dari lokal. Ia pun tidak melarang bagi pihak kedua atau yang lebih dikenal sebagai dropship menjualnya kembali, dengan syarat dirinya tahu harga jual yang ditentukan oleh pihak kedua.
"Pernah ada yang mengambil pesanan dari Bali dan NTB, namun jumlahnya sesui kebutuhan sana," jelasnya.
Kamirin mengaku bersyukur pada tahun 2005 mendapatkan tempat ini sebagai rumah tinggal sekaligus galeri industri kreatif Crafi Rafi. Lokasi yang strategis mudah dijangkau oleh konsumen. Berbeda denga rumah tinggal aslinya di Tulungagung bagian selatan yang memiliki akses terbilang jauh.
Dirinya mengaku saat ini jumlah siswa-siswi binaannya yang bisa dikaakan mahir dalam pengerjaan berbagai anyaman setidaknya da 20 orang. Bahkan ada satu binaannya yang saat ini tinggal di Kabupaten Nganjuk yang sudah mandiri, sehingga sudah menerima pesanan dari konsumen.
"Ada siswa saya yang dari Nganjuk, ternyata yang mengerjakan rumahnya Dokter Pri (Direktur RSUD dr Iskak Tulungagung). Tahunya diaksih tahu orang," ulasnya.
Kamirin menambahkan dalam menjalankan usahanya ini tidak terlalu mengejar keuntungan berlipat-lipat. Jika untung itu sudah menjadai poegangan harus medapatkan laba.
Namun yang lebih penting dari itu adalah bisa mengajarkan keapda binaannya peghasilan yang terus ada digunakan sebagai pemasukan. Terlebih ia sudah lama berkecimpung dalam organisasi NU membuatnya ingin terus bermanfaat itu selalu bersemi.
"Bisnis saya arahkan syariah, saya tahu jual orang berapa, tidak ada menakan pekerja. Karena saya ngurusi NU jadi bisnis saya arahkan syariah," tutupnya.