Anwar Ibrahim Jadi PM Malaysia, Jokowi yang Pertama Ucapkan Selamat
- Viva.co.id
Jatim – Anwar Ibrahim resmi menjadi Perdana Menteri ke-10 Malaysia setelah diambil sumpah di hadapan Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah pada Kamis, 24 November 2022, waktu setempat. Presiden Jokowi lekas-lekas menyampaikan ucapan selamat.
Jokowi disebut-sebut sebagai kepala negara pertama di dunia yang menyampaikan selamat kepada Anwar Ibrahim. Video saat Jokowi mengucapkan selamat melalui telepon diunggah sendiri oleh Anwar Ibrahim di akun Instagram miliknya, @anwaribrahim_my.
"Pemerintah atas nama seluruh rakyat Indonesia ingin mengucapkan selamat atas terpilihnya yang mulia sebagai Perdana Menteri ke-10 Malaysia," kata Jokowo dari balik telepon. Jokowi melanjutkan, “Datuk adalah sosok yang dikenal luas di Indonesia dihormati oleh rakyat Indonesia.”
Anwar mengungkapkan bahwa ucapan selamat dari Presiden Jokowi itu merupakan suatu penghormatan. Jokowi menjadi yang pertama memberikan ucapan selamat untuknya. "Terima kasih saya anggap ini suatu penghormatan diantara yang paling awal, ini menunjukkan bahwa saya kekal Sahabat Sejati Indonesia," ujarnya dikutip dari VIVA.
"Terima kasih awak, saya mengharapkan hubungan perdagangan atau bussiness, investasi dan budaya persahabatan insya Allah dapat kita tingkatkan. Dan beberapa isu yang nampak terbatas termasuk soal pekerja itu dapat diluruskan dengan cara yang bersih," kata Anwar Ibrahim membalas Jokowi.
Untuk diketahui, Anwar Ibrahim ditunjuk oleh Raja Sultan Abdullah menjadi PM Malaysia setelah pemilu pada akhir pekan menghasilkan parlemen yang terpecah-pecah. Baik Anwar maupun mantan PM Malaysia Muhyiddin Yassin tidak memenangkan kursi mayoritas parlemen yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan.
Sebelumnya, pada GE15 (pilihan raya umum ke-15), tidak ada pihak yang mampu mengamankan mayoritas partai untuk membentuk Pemerintah Federal yang baru. Tiga koalisi utama, yaitu Pakatan Harapan, Perikatan Nasional dan Barisan Nasional, masing-masing meraih 82, 73 dan 30 kursi dan menghasilkan parlemen yang menggantung Partai politik dan koalisi gagal mencapai konsensus setelah berakhirnya GE15.