Kisah Inspiratif Maya, Sukses Kembangkan Pertanian Organik di Mojokerto
- Istimewa
”Di situ pertama kali saya menikmati jus wortel yang segar dan tidak ada bau sayur sama sekali. Saya yang smeula tidak suka sayur, jadi penasaran kenapa bisa seenak itu beda dengan yang pernah saya coba,” ungkap Maya bercerita, Jumat, 2 November 2024.
Sejak saat itu perempuan 29 tahun ini mulai berkenalan dengan konsep bertanam dengan cara organik. Bahkan pemakaian kimia sintetis sangat dibatasi bahkan dieliminasi mulai dari menghasilkan produk sampai ke tangan konsumen.
Kesempatan yang hanya sesaat itu rupanya membekas di hati Maya. Saat kembali ke Surabaya, ia bersama temannya mulai berpikir untuk mengelola kebun organik sendiri. Sesuatu yang baru dalam hidupnya itu dimulai sejak tahun 2008.
”Uang dari hasil mengajar les Bahasa Inggris, jualan pulsa gosok dan cemilan sejumlah Rp500 ribu kemudian dijadikan modal untuk sewa lahan seluas 5 ribu meter persegi di Claket. Kami beri nama Kembang Organic Farm karena berlima perempuan semua,” tambahnya.
Lahan tersebut di sewa selama satu tahun. Di situ Maya mulai membeli pupuk, benih sawi hingga dikenalkan dengan para petani di Claket. Hingga semangatnya untuk bertani terus tumbuh dari waktu ke waktu meski tidak dibarengi dengan pengetahuan yang mumpuni.
Hasil bercocok tanam itu dievaluasi untuk kemudian diperbaiki di tahap berikutnya. Hingga ia sukses menjadi supplier sayur organik di 7 supermarket besar di Surabaya. Di titik itu ia sudah memiliki laham pertanian seluas 2.500 m2.
Setiap perjuangan tentu tidaklah mudah. Berbagai tantangan dan cobaan bertubi-tubi dihadapi Maya dan rekannya. Mulai dari stigma negatif tentang profesi petani hingga ada orang yang sengaja meracuni tanamannya. Namun meski begitu, Maya tetap bertahan dan terus belajar dari kegagalan tersebut.