Waduh, Pandemi COVID-19 Bikin Pengidap HIV/AIDS di Tangerang Meningkat

Ilustrasi HIV/AIDS.
Sumber :
  • Viva.co.id

Jatim – Pandemi COVID-19 tak hanya membuat banyak orang terpapar di Kabupaten Tangerang, Banten. Akibat lainnya, pandemi yang sudah berlangsung dua tahunan ini menyebabkan angka pengidap HIV/AIDS di kabupaten tersebut juga naik.

Miris, Bocah 9 Tahun di Surabaya Meninggal Dunia Usai Terjangkit HIV

Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Tangerang, pengidap HIV/AIDS di sana sebanyak 522 kasus. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun 2021, yakni 414 kasus. Peningkatan ini terjadi akibat beberapa faktor. Salah satunya adalah kondisi Pandemi COVID-19, yang ternyata tidak berdampak pada sektor ekonomi saja, tapi juga sisi kesehatan. 

Konsultan HIV RSUD Kabupaten Tangerang dr I Gede Raikosa membenarkan tingginya angka kasus HIV saat ini dikarenakan pandemi COVID-19 yang telah menurunkan tingkat kesadaran masyarakat akan kerentanan terhadap penyakit. 

Demo di Surabaya, AMAK Minta Polda-Kejati Usut Dugaan Penyelewengan Dana COVID-19 di Jember

"Faktor pertama adalah pandemi, di mana kesadaran si masyarakat untuk memeriksaan diri ke rumah sakit atau dokter menurun, mereka ini takut kalau tertular virus, hingga akhirnya si virus (HIV) ini kian menyebar," katanya dalam Peringatan Hari HIV/AIDS Sedunia dengan tema Equalize atau Kesetaraan di Tangerang dikutip dari VIVA, Minggu, 4 Desember 2022. 

Kasus itu juga tidak hanya terjadi pada kelompok tertentu atau kaum marginal yang disebut LGBT. Namun, juga masyarakat umum. "Ini heterogen, artinya kalau dulu hanya ada di kaum tertentu saja, tapi sekarang sudah banyak, ada di rumah tangga, bisa karena penggunaan jarum suntik, dan lain-lain," ujarnya

Tak Mampu Bayar Utang Ratusan Juta di Bank, Rumah-Ruko Warga Dieksekusi PN Mojokerto

Alhasil melihat kasus HIV yang terus meningkat, pihaknya bersama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesoa (PAPDI) pun mengkampanyekan soal kesetaraaan bagi para ODHA. 

Ketua PAPDI Banten, dr. Edison Y.P Saragih mengatakan, kesetaraan ini dimaksudkan agar para ODHA juga mempunyai kedudukan yang sama dengan masyarakat biasa dan tidak diskriminalisasi, agar mereka mau untuk berjuang agar bisa mengendalikan virus tersebut. 

"Kita mengkampanyekan untuk diperlukan adanya kesetaraan antara ODHA dan para masyarakat biasa, tidak ada diskriminalisasi, agar mereka didukung untuk mau atau berani melakulan pengecekam, serta bisa mengendalikan virus itu dalam tubuhnya," ungkapnya.