Faktor Penyebab Stunting dan Cara Mencegahnya Menurut Spesialis Gizi

Mengenal faktor penyebab stunting dan cara mencegahnya
Sumber :
  • Istimewa

Jatim – Indonesia masih punya pekerjaan rumah yang lumayan berat. Pasalnya untuk menuju Indonesia Emas di tahun 2045, negeri yang kaya raya ini masih terkendala dengan problem stunting.

Maju Pilwali Surabaya 2024, Kader Gerindra Hadi Dediansyah Janji Bikin Perubahan

Berbagai upaya terus dilakukan, termasuk oleh pemerintah untuk menanggulangi dan mencegah masalah stunting di Indonesia. Bila stunting teratasi maka generasinya tentu akan lebih produktif dan berkualitas. Sehingga mampu menyongsong Indonesia Emas 2045 mendatang. 

Namun faktanya tak semudah yang diucapkan. Meski berbagai upaya itu telah dilakukan, namun angka stunting masih cukup tinggi. Berdasarkan data survei status gizi balita di Indonesia (SSGBI) tahun 2021 silam, prevalensi stunting masih berada di angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Dengan kata lain, 1 dari 4 balita di Indonesia mengalami stunting. 

Khofifah Hadiri Resepsi Harlah PMII Ke-64 di Kediri, Ajak Mahasiswa Bangun Konsolidasi Programatik

Kendati begitu, sesulit apapun stunting tetaplah harus dicegah, tak boleh dibiarkan. Sebab bila dibiarkan maka berdampak terhadap daya tahan tubuh anak, yakni infeksi, kesulitan dalam pembelajaran, gangguan tumbuh kembang dan ke depannya dapat berisiko penyakit tidak menular. 

Dokter Spesialis Gizi, dr Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK, FINEM mengatakan bahwa Indonesia bebas stunting dapat tercapai apabila terpenuhi pemberian nutrisi adekuat selama 1000 hari pertama kehidupan anak, lebih baik lagi, jika selama siklus kehidupan seseorang. 

Pj Gubernur Jatim Apresiasi Peran PKK dalam Menekan Stunting hingga 17,7 Persen

Nutrisi adekuat diperlukan sejak awal kehamilan, menyusul, pemberian MPASI hingga anak berusia 2 tahun. 

“Nutrisi yang adekuat Artinya harus memenuhi seluruh unsur nutrisi, termasuk protein. Jika pemenuhan energi seseorang cukup tetapi Jumlah protein tidak memadai, tentu akan mengganggu pembentukan sel-sel yang sehat. Demikian pula bila terjadi defisiensi unsur nutrisi lain. Makanan sumber protein akan menyediakan asam amino bagi tubuh kita,” kata dr. Marya dikutip dari VIVA Lifestyle, Kamis, 26 Januari 2023. 

Protein dari makanan sehari-hari dapat berasal dari sumber hewani dan nabati. Contoh protein hewani ialah putih telur, ikan, ayam, daging merah, hingga susu. 

Sedangkan sumber nabati, di antaranya tahu, tempe serta kacang-kacangan. Semua sumber protein tersebut bermanfaat baik bagi tubuh manusia. 

“Protein hewani membantu pembentuan otot, menjaga massa otot, lebih mudah dicerna. Walaupun demikian beberapa protein nabati dari kedelai juga mudah dicerna seperti protein hewani. Tentunya pemenuhan sumber protein ini tetap sesuai dengan kebutuhan gizi tubuh seseorang agar mencapai kesehatan yang optimal terutama buat anak untuk pertumbuhan dan perkembangan,” tambahnya. 

Tingginya angka stunting di Indonesia bisa disebabkan oleh berbagai faktor mendasar seperti ekonomi dan nutrisi. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang dikonsumsi setiap hari. Dari segi jumlah maupun isiannya, setiap makanan yang dicerna oleh anak akan berpengaruh pada perkembangan sel-sel di tubuhnya yang mana akan berdampak pada proses perkembangannya. 

Memenuhi kebutuhan makronutrisi seperti karbohidrat, protein dan lemak saja ternyata tidak cukup. Tubuh manusia juga membutuhkan asupan mikronutrisi seperti vitamin dan mineral yang akan membantu penyerapan makronutrisi. 

Selain itu, akses kesehatan bagi ibu dan anak juga harus diperhatikan agar memudahkan untuk berkonsultasi masalah gizi dan kesehatan dalam upaya menekan peningkatan angka stunting. 

Dokter Marya juga menyebut bahwa kondisi kesehatan anak juga perlu dijaga supaya tidak mudah sakit dan tubuh dapat menyerap nutrisi dengan baik. 

“Jangan sampai nutrisinya bagus, tapi penyakitnya nggak dikendalikan. Makanya kalau begitu jadi berisiko malnutrisi,” pungkasnya.