Deretan Wisata Religi di Sumenep yang Cocok Dikunjungi Selama Ramadan

Masjid Jamik Panembahan Somala Sumenep, Madura
Sumber :
  • Istimewa

Jatim – Di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terdapat sejumlah wisata religi yang cocok dikunjungi wisatawan selama Ramadan. Nuansa Islami akan sangat kental dirasakan sembari ngabuburit menunggu waktu buka puasa. 

H+3 Lebaran, Arus Balik dan Wisata di Jatim Mulai Melonjak

Biasanya, wisatawan akan berziarah kubur dan menikmati pemandangan tempat-tempat bersejarah di ujung pulau Madura itu. Beberapa wisata religi populer di Sumenep itu antara lain Asta Tinggi, Asta Sayyid Yusuf, dan Masjid Agung Sumenep.

Asta Tinggi Sumenep

Sapa Ribuan Pemudik, Khofifah: Tuntaskan Rasa Rindu dengan Wisata dan Kuliner Jawa Timur

Asta Tinggi berada di kecamatan Kota Sumenep. Bangunan itu merupakan  salah satu tempat peristirahatan terakhir raja-raja dan keluarga bangsawan Keraton Sumenep. Makam ini dibangun pada abad ke-17 dan diselesaikan setelah tiga generasi.

Untuk diketahui, nama Asta Tinggi sebenarnya berasal dari bahasa Madura. Artinya adalah makam para  Pangradja atau para Pembesar Kerajaan. Nama Asta Tinggi dipakai sebagai nama jalan di sekitar makam itu.

Yuk, Rasakan Sensasi Horor Pandora Nightmare saat Libur Lebaran di Surabaya

Asta Sayyid Yusuf Talango

Di Kabupaten Sumenep juga terdapat Asta Sayyid Yusuf. Letaknya di kepulauan Poteran, kecamatan Talango. Sebagian masyarakat menamakan tempat itu dengan Asta Sayyid Yusuf Talango.

Asta Sayyid Yusuf adalah makam seorang ulama sufi bernama Syekh Yusuf al-Makassari yang dikenal sebagai mursyid atau pembimbing tarekat Khalwatiyah.

Masjid Agung Sumenep

Masjid Agung Sumenep adalah salah satu wisata religi yang sangat populer di Sumenep. Bangunan itu didirikan pada 1779 masehi dan memiliki makna filosofis pada setiap sudut bangunannya.

Saat awal berdiri, masjid ini dinamakan  Masjid Jami’. Bangunan ini sendiri  memiliki unsur budaya yang beragam dalam rancang bangunannya, yakni budaya Persia, Arab, India, Cina, dan Jawa. Pola eklektis tersebut merepresentasikan keberagaman etnis yang tinggal di pulau berpenghasil garam tersebut.