Politikus hingga Forkopimda Jatim Hadiri Halal Bihalal di Rumah Khofifah

Khofifah Indar Parawansa bersama para tokoh saat halal bihalal
Sumber :
  • Istimewa

Surabaya, VIVA Jatim - Sejumlah tokoh lintas elemen menghadiri halal bihalal yang digelar di rumah Khofifah Indar Parawansa di Jemursari, Kota Surabaya, Kamis, 11 April 2024. Di hari kedua open house dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah itu, banyak masyarakat umum juga hadir untuk bermaaf-maafan dengan Khofifah.

Terungkap, Ini Isi Pertemuan Khofifah, Kapolda dan Pangdam saat Sowan Jokowi

Di lokasi, terlihat hadir Forkopimda Jawa Timur. Ada Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono, lalu Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Rafael Granada Baay, Kapolda Jatim Irjen Pol Imam Sugianto, dan Pangko Armada II Laksamana Muda TNI Ariantyo Condrowibowo.

Hadir pula sejumlah politikus. Di antaranya anggota DPRD Jatim dari Fraksi PDIP, Agatha Retnosari. Selain itu, hadir pula anggota DPR RI terpilih dari Partai Golkar yang juga mantan Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono, Ketua FSPSI Jatim Achmad Fauzi, dan beberapa pengurus Pemuda Katolik.

Bupati Kediri Hadiri Halal Bihalal Warga: Momen Jalin Kerukunan Tetangga

Dari tokoh Islam, terlihat hadir keluarga besar dari Bani Wahab Chasbullah yang dipimpin Nyai Hj Machfudhoh Aly Ubaif. KH Wahab Chasbullah adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama yang juga pencetus tradisi halal bihalal. Ada juga keluarga besar PW Muslimat NU Jatim pimpinan Nyai Hj Masruroh Wahid.

Kepada hadirin, Khofifah mengatakan bahwa halal bihalal yang diisi kegiatan silaturrahim merupakan amalan penyempurna ibadah selama Ramadan. Ini sudah menjadi tradisi Muslim di Indonesia setiap Hari Raya Idul Fitri sejak lama.

Menjaga Keilmuan Ulama Nusantara, Gubernur Khofifah Gelar Pameran Naskah Kuno di Haul Syaikhona Kholil

"Tradisi ini awal mulanya diperkenalkan oleh ulama pendiri Nahdatul Ulama, KH Abdul Wahab Chasbullah,” kata Khofifah.

Saat itu, lanjut Ketua Umum PP Muslimat NU itu, Presiden Soekarno silaturrahim pada Kiai Wahab dan menyampaikan tentang kondisi bangsa yang membutuhkan forum untuk bisa saling bersapa yang meneduhkan antarpemimpin politik di Tanah Air.

Saat itu, tahun 1948, kondisi politik memang lagi panas-panasnya. Kiai Wahab kemudian memberikan saran kepada Bung Karno agar mengundang seluruh tokoh politik saat Hari Raya Idul Fitri dengan forum bernama halal bihalal.

Sejak saat itu, berbagai instansi di era Soekarno menggelar halal bihalal setiap Hari Raya Idul Fitri. Belakangan tradisi itu meluas dan masyarakat ikut melaksanakannya. Lama-lama kebiasaan halal bihalal itu menjadi tradisi tahunan yang digelar masyarakat sampai sekarang.

Khofifah mengatakan, tradisi halal bihalal itu mirip dengan apa yang tergelar di masa Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa di Kadipaten Agung di Jawa bagian tengah-selatan saat Indonesia dikuasai VOC.

Saat itu, papar Khofifah, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana setelah salat Idul Fitri. Pada pertemuan itu, diadakan tradisi sungkem dan saling memaafkan kepada raja dan permaisuri.

Kegiatan ini kemudian yang mengilhami organisasi-organisasi Islam untuk menggelar tradisi serupa dengan istilah halal bihalal.

“Esensi dari halal bihalal ialah jika orang berpuasa, maka Allah SWT memaafkan kesalahan dan dosa-dosanya. Kesalahan dan dosa kepada Allah SWT dapat diampuni jika seorang hamba memperbanyak istigfar dan amalan ibadah,” kata Khofifah.

“Namun, jika melakukan kesalahan kepada sesama manusia, maka Allah SWT mengampuninya jika di antara sesama manusia tersebut telah saling memaafkan. Maka dari itu, di sini lah letak esensi dari dilakukannya tradisi halal bihalal. Saling bertemu, saling berjabat tangan, silaturahmi dan saling memaafkan, kembali menjadi pribasi yang fitri,” kata Khofifah.