Kuliah Tamu FK Unusa Bahas Penyakit Diabetes dan Jantung Koroner

Internasional Guest Lecture oleh Unusa Surabaya
Sumber :
  • Humas Unusa

Jatim – Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar Internasional Guest Lecture dengan mengangkat Tema Translational Cardio-Metabolic in Medicine : from basic to clinic, Kamis 8 Desember 2022, di Auditorium lantai 9 Unusa. 

Jika Kiai Marzuki Maju di Pilgub Jatim, ARCI: Suara NU akan Terbelah

Acara kuliah tamu ini menghadirkan dua narasumber, Prof Michio Shimabukuro, MD., PhD dari departemen of Diabetes, Endocrinalogy and metabolism fukushima Medical University Japan, dan dr Moch Faishal Riza Sp.JP(K)., FIHA dari Unusa. Penyakit diabetes dan jantung koroner menjadi pembahasan dalam acara tersebut

Prof Michio menjelaskan bahwa pembagian dan analisis penyakit diabetes berdasarkan tipe yang dialami. Selain itu juga pengobatan yang dilakukan harus berdasarkan oleh tipe diabetes yang dialami. "Jadi harus dipastikan dalam pengobatan yang akan dilakukan bagi penderita diabetes," tuturnya.

Kerabat Ungkap Penyakit yang Diderita Ayah Via Vallen sebelum Meninggal

Sedangkan, pentingnya mengontrol berat badan bagi penderita diabetes serta olahraga yang harus dilakukan. "Jadi hidup sehat harus dilakukan oleh penderita diabetes," ungkap Michio.

Sementara itu, dr Riza menjelaskan prevelensi penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian tertinggi di Indonesia maupun dunia sekitar 17 juta orang atau sekitar 50 persen. Dimana enam persennya disebabkan jantung darah tinggi. 

Pancing Amarah Warga Madura, 3 Konten Kreator Film Guru Tugas Ditangkap Polisi

"Ada tiga penyakit faktor yang selalu pada tiga tertinggi, mulai darah tinggi, diet atau kuliner dan kolesterol ini yang harus diantisipasi pada dokter umum," ungkapnya.

Jantung koroner merupakan penyebab kematian pertama dari sekian penyakit jantung dari disabillity dan human suffering global. "secara global Pada tahun 2000 kejadian penyakit jantung menurut stemi menurun kejadiannya, namun non stemi ini meningkat. Meskipun kita sudah mempelajari goldline dari dunia tapi tidak menurunkan tingkat kematian diseluruh dunia," ungkap Riza.

Halaman Selanjutnya
img_title