Siasat Perajin Tempe di Mojokerto Imbas Harga Kedelai Impor Melambung, Terpaksa Kurangi Ukuran
- Viva Jatim/Luthfi
Bersama dua pegawainya, ia mampu mengolah 400 kg kedelai impor dalam sehari. Dengan kenaikan harga ini, ia tidak mengurangi jumlah produksi dan tidak menaikkan harga jual. Karena khawatir akan mempengaruhi minat pelanggan. Hanya saja ia mensiasati dengan mengurangi ukuran tempe.
Ia memproduksi tempe dengan dua ukuran cetakan. Yaitu, 2 meter x 14 cm dan 180 meter x 30 cm. Masing-masing ketebalannya 4,5 cm.
“Kita memmperkecil ukuran dari biasanya. Setiap cetakan dikurang 2 mili,” ujar bapak dua anak ini.
Tempe buatan Toha selama ini dipasarkan ke pasar tradisional di Mojokerto, yaitu Pasar Tangunan, Pandanarum, Sawahan dan Dlanggu. Ia juga melayani sejumlah pedagang eceran yang biasa keliling ke kampung-kampung.
“Hargaya per cetakan Rp 50 ribu untuk bakul (pedang). Kalau dijual eceren Rp 60 ribu,” tandasnya.
Toha menambahkan, lonjakan harga kedelai impor berdampak langsung pada ongkos produksi dan keuntungan yang didapat. “(Keuntungan menurun) 30 persen,” tandasnya.
Ia berharap pemerintah dapat turun tangan untuk menstabilkan harga kedelai impor agar masyarakat tetap bisa menikmati tempe dengan harga yang terjangkau.