BPBD Ungkap Misteri Penemuan Gunung Bawah Laut di Pacitan

Ilustrasi gunung bawah laut
Sumber :
  • Istimewa

Jatim – Belum lama ini, warga Jawa Timur, khususnya Kabupaten Pacitan digegerkan dengan penemuan gunung bawah laut di perairan setempat. Dari temuan ini, muncul asumsi dan persepsi yang beragam, hingga membuat masyarakat khawatir dan resah dengan kehadirannya. 

Isu MLB NU Timbul Tenggelam, Gus Yahya: Beneran atau Iseng?

Namun demikian, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan Erwin Andriatmoko meminta agar masyarakat tidak khawatir apalagi sampai panik dengan ragam informasi yang beredar soal temuan gunung bawah laut itu. 

Gunuh bawah laut di perairan Pacitan, menurut Erwin sudah ada sejak lama. Namun baru ditemukan. Untuk itu tidak ada kaitannya dengan aktivitas gempa yang terjadi di Pacitan belakangan ini.

Struktur Personalia PWNU Jatim 2024-2029, Dilantik Hari Ini di Ponpes Tebuireng Jombang

"Gunung itu betul ada, akan tetapi tidak ada kaitannya dengan aktivitas kegempaan yang terjadi di wilayah Pacitan selama ini. Jadi (sebaiknya) masyarakat tidak perlu khawatir," kata Erwin di Pacitan, dikutip dari VIVA, Selasa, 21 Februari 2023. 

Hal itu ditekankan Erwin menyusul viralnya berita temuan gunung bawah laut yang ada di kedalaman 3-4 kilometer di bawah permukaan laut, 200 kilometer barat daya Kota Pacitan.

5 Petugas Pilkada Meninggal di Jawa Timur, Mayoritas karena Kelelahan

Ia menegaskan, gunung yang diidentifikasi Badan Informasi Geospasial (BIG) memiliki ketinggian sekitar 2.300 meter dari dasar laut itu sudah ada sejak lama, namun keberadaannya baru diketahui akhir-akhir ini.

"Tidak pernah ada dalam sejarah kemunculan gunung, apalagi gunung sebesar itu, dengan tiba-tiba, dalam artian sekali proses gempa. Berarti gunung itu sudah lama ada cuma baru terdeskripsi atau baru ditemukan," terangnya.

Dengan logika dasar itu, Erwin memastikan tidak ada kaitan antara keberadaan gunung bawah laut itu dengan aktivitas kegempaan yang kerap terjadi dan dirasakan di wilayah Pacitan.  

Erwin mengaku juga sudah berkoordinasi dengan pejabat/petugas di BIG yang khusus menangani masalah pergunungan.

Dan dari hasil diskusi via telepon saat itu, Erwin berkesimpulan bahwa terbentuknya gunung bawah laut di barat daya Kabupaten Pacitan itu terbentuk akibat tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi sejak berjuta tahun lalu.

"Gunung itu terbentuk karena aktivitas lipatan lempeng. Sama seperti Gunung Jaya Wijaya, Gunung Everest. Everest itu kalau dilihat dari sejarahnya itu dulu lautan, sekarang menjadi gunung tertinggi di dunia. Jadi sama saja, bahwa itu terbentuk karena proses alam lipatan yang terjadi sejak berjuta-juta tahun lalu, sehingga terbentuklah gunung seperti itu," paparnya.  

Terkait ancaman dampak keberadaan gunung bawah laut di perairan Pacitan, Erwin mengatakan itu sebagai problematika tersendiri. Pasalnya, sampai saat ini ia menyebut belum ada teknologi yang bisa memantau aktivitas vulkanologi sedalam lebih dari 500 meter di bawah permukaan laut.  

"Itu menjadi kesulitan tersendiri. Jadi tidak bisa dipantau aktivitas vulkanologinya. (sampai saat ini) yang bisa itu seperti gunung di Sulawesi Utara, itupun tidak bisa maksimal. Karena alat tidak bisa berfungsi sempurna. Hanya di Sulawesi Utara itu aktivitas vulkanologi (bawah laut) bisa diidentifikasi dari peningkatan gelembung di seputaran gunung serta fenomena kematian ikan dalam jumlah masif," katanya.

Untuk itu, Erwin sekali lagi mengimbau warga untuk tidak resah apalagi panik berlebihan. Sebab menurut dia, dalam sejarah kevulkanologian di Indonesia maupun di dunia, tidak pernah ada (aktivitas vulkanologi) gunung berapi yang bisa mengakibatkan gempa bumi yang memicu tsunami kecuali di Tonga, sekitaran Kepulauan Fiji.

"Gunung Tonga itu beraktivitas karena gunungnya besar, sehingga mengakibatkan gempa yang besar (dan memicu tsunami)," katanya.

Erwin menambahkan, saat ini yang perlu diwaspadai adalah potensi aktivitas tektonik dari lempeng bumi yang selama ini menjadi pembentuk gunung.

"Jadi yang perlu kita waspadai bukan aktivitas vulkanologi dari gunung itu--jika itu memang gunung api; cuma sampai saat ini kan kita belum mendapat kepastian apakah itu gunung api atau bukan. Tapi kalaupun itu gunung api kita sebaiknya lebih mewaspadai potensi aktivitas lempeng bumi di pesisir selatan, karena yang bisa mengakibatkan tsunami hanya itu," tandasnya.