Survei di Jatim PKB Salip PDIP, Pengamat UIN Surabaya: Faktor Cak Imin

Pengamat politik UIN Surabaya M Syaeful Bahar.
Sumber :
  • Dokumen M Syaeful Bahar

Jatim – Elektabilitas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berada di posisi teratas, menyalip PDIP di Jawa Timur, berdasarkan hasil survei Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) beberapa waktu lalu. Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya M Syaeful Bahar menilai itu wajar. Faktor A Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin yang menyatakan siap maju di Pilpres 2024 jadi salah satu faktornya.

2 Bupati Sidoarjo dari PKB Terjerat Korupsi, Cak Imin: Jangan Lagi Jatuh ke Lubang Sama

Mengacu pada hasil survei berbagai lembaga survei beberapa bulan lalu, elektabilitas PDIP selalu berada di posisi nomor wahid di Jawa Timur, disusul kemudian PKB dan Gerindra. “Saya kira adalah hal yang sangat normal dan biasa terjadi adanya perbedaan hasil sebuah survei. Terkait dengan survei yang dilakukan ARCI yang berbeda dengan hasil survei sebelumnya,” katanya dihubungi Viva Jatim, Kamis, 22 September 2022.

Dibilang wajar dan rasional karena antara PKB dan PDIP hanya terpaut 0,7 persen. “PKB 16,8 [persen] sedangkan PDIP 16,1 [persen]. Margin errornya ARCI juga 2,8. Artinya itu sangat mungkin dalam realitasnya PDIP berada di atasnya PKB karena sangat dekat sekali perbedaan angkanya. Atau memang ternyata PKB lebih besar dari PDIP. Itu sesuatu yang dimaklumi dan secara saintifik bisa dijelaskan,” ujar Bahar.

Khofifah Belum Lirik PKB Maju di Pilgub Jatim, Cak Imin: Kalau Daftar Kita Sambut

Lepas dari metodologi yang digunakan dalam sebuah survei, lanjut Wakil Dekan III FISIP UIN Surabaya itu, realitas politik itu sangat dinamis. Perubahan suara bisa berubah dengan cepat, tergantung pada apa yang dilakukan partai politik atau pada kondisi masyarakat tertentu. “Itu terkait dengan hasil sebuah survei,” tandas Bahar.

Bila pun benar dalam realitasnya elektabilitas PKB di Jatim bergerak ke posisi teratas menyalip PDIP, maka ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan itu. “Misal [faktornya], PKB memiliki calon presiden tunggal [siap maju di Pilpres 2024], yaitu Cak Imin [atau Gus Muhaimin]. Sedangkan PDIP sampai hari ini masih terus berdebat di internal siapa yang akan diajukan. Misal ada dua kader terbaik mereka, yaitu Puan Maharani dan Ganjar Pranowo,” kata Wakil Ketua Umum IKA PMII Jatim itu.

Gerindra Tepis Isu Jokowi Penghalang Pertemuan Prabowo-Megawati

Nah, ketika di internal sebuah partai politik itu belum selesai, maka konsolidasi partai tidak bisa bergerak dan mesin partai akan terbela. “Sedangkan di PKB, Anda bisa saksikan sendiri bagaimana semua mesin partai itu bergerak untuk kepentingan pencapresan Cak Imin. Ini saya kira apa yang dilakukan mesin partai untuk mengantarkan Cak Imin, itu berpengaruh besar terhadap perolehan suara PKB di Jawa Timur,” ujar pengajar Pascasarjana UIN Surabaya itu.

Mesin PKB yang bergerak untuk memenangkan Gus Muhaimin, secara otomatis menjadi konsolidasi awal untuk kepentingan pemilihan legislatif pada Pemilu 2024. “Itu sesuatu yang tidak terpisahkan. Di samping itu juga karena PKB memiliki kepala daerah yang mereka bekerja terus-menerus membuktikan bahwa PKB memang patut untuk dipilih kembali. Nah, PDIP masih belum ada konsolidasi masif untuk itu,” ucap Bahar.