Banyak Petani Madura Ogah Menanam Tembakau, Ini Kata DPRD Jatim
- A Toriq A/Viva Jatim
Jatim – Warga Kabupaten Sumenep, Madura, dikabarkan ogah-ogahan menanam tembakau sejak beberapa tahun terakhir. Mereka mengalihkan masa tanam tembakau dengan tanaman lain, seperti padi, jagung, kacang hijau, dan lainnya. Alasannya, harga jual tembakau basah maupun kering tidak sebanding dengan ongkos produksi.
“Males dengan dengan harga karena tidak sesuai dengan ongkos produksi. Sekarang cuaca, karena bulan delapan hujan, bulan sembilan ini menanam tidak nutut waktunya," kata Sulaiman, Kepala Desa Jenangger, Kecamatan Batang-Batang, di Sumenep, Madura, Minggu kemarin.
Mengacu pada data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumenep, pada tahun 2020 luas tanam tembakau yakni 14.337,73 hektare, dan menurun di tahun 2021 menjadi 9.811 hektare. Penurunan produksi tembakau di Sumenep dan Madura pada umumnya memang terjadi sejak beberapa tahun lalu.
Menanggapi itu, anggota DPRD Jawa Timur dari Dapil Madura, Zainal Abidin, mengatakan bahwa perusahaan rokok harus lebih bijak dalam memberikan harga beli tembakau dari para petani, agar mereka lebih semangat dalam menanam karena hasilnya lebih memuaskan.
"Bagaimana pabrik rokok yang sekian tahun menikmati keuntungannya, harus juga memperhatikan keluh kesah masyarakat," kata Zainal.
Selain soal harga, selama ini petani tembakau juga mengalami kesulitan untuk pendistribusian dan penjualan tembakau. Jika kondisi tersebut tetap dibiarkan dan tidak mendatangkan atensi dari perusahaan rokok, kemungkinan penurunan tembakau akan terus terjadi.
Sumenep sendiri, lanjut Zainal, menjadi salah satu pusat pertanian tembakau yang mendukung produksi rokok nasional. Artinya, pengaruhnya terhadap produksi rokok akan berdampak signifikan jika tren produksi tembakau dari tahun ke tahun menurun.