Pak-T Pelukis Tusuk Gigi dari Trenggalek, Karyanya Sampai Bahrain hingga Jepang

Pak T tengah menunjukkan hasil lukisannya
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Trenggalek, VIVA Jatim – Siapa sangka tusuk gigi yang mungil bisa digunakan sebagai media untuk menggambar. Arsdyansyah Anamta Firdauzie (53) atau yang kerap disapa Pak T (T-Wool) menciptakan sebuah lukisan di kaos menggunakan tusuk gigi. Pesanan lukisan kaosnya sudah sampai luar negeri.

Lima Laga Mandul, Persik Kediri Fokus Akurasi Lawan PSBS Biak

Tepat di samping rumah, kandang ayam disulapnya menjadi gubuk khas dengan ornamen Jawa. Pak T menyambut hangat kedatangan penulis. Temaram lampu dan meja kayu menambah suasana terasa santai. Ia mulai mengulas perjalanan yang telah ia tempuh dalam menghasilkan sebuah karya.

Pria asli Jakarta yang menikah dan sudah lama menetap di Trenggalek ini menjelaskan bahwa ia hijrah dari Jakarta ke Kota Tempe Kripik ini awalnya bingung harus ngapain. Lantaran, ia tidak menginginkan bekerja yang ada jam kerjanya secara terikat waktu dan tempat.

Ban Pecah, Truk Trailer Muatan 38 Ton Gula Pasir Terguling di Lamongan

"Akhirnya, saya ingin melukis di kaos. Lalu istri saya, oh tidak apa-apa. Saya coba, beberapa bulan tidak pernah laku selama 3 bulan pertama, jadi hanya berkarya berkarya 3 bulan kemudian baru laku satu," ungkap Pak T, Sabtu, 7 Oktober 2023.

Ia merelakan kaos yang telah ia buat yang laku 1 pcs dengan harga yang meriah, dari harga kaos sekaligus jasa melukisnya tidak ia hitung. Di situ Pak T ada pesanan dari Jakarta sebanyak 3 kaos saat itu masih menggunakan kuas, ada satu garis yang ingin tipis.

Kontra Persibo Bojonegoro, Menang Jadi Harga Mati Gresik United agar Bertahan di Liga 2

Ternyata, Pak T menggunakan kuas yang paling kecil tidak cocok dan kurang puas. Lantas ia mencoba menggunakan tusuk gigi. Ia merasakan ternyata lebih enak. Akhirnya, tiga kaos ini saya selesaikan dengan menggunakan tusuk gigi.

"Saya kirim dan saya kasih catatan. Jika tidak cocok balikin, karena pesanmu kuas. Disini karyaku pertama menggunakan tusuk gigi ternyata kaos tidak dipulangkan dibayar lunas plus bonus laptop sama uang Rp 3 juta. Wah berarti ini menjual ini saya hari ini detik ini dan sampai mati," kenangnya.

Alumnus STIE Tridharma Wiyata Jakarta 1995 ini mengaku dalam hal lukis melukis, ia mengaku belajar secara otodidak, karena ia kuliah lulusan sarjana ekonomi keuangan perbankan.

Ditanya kelebihan menggunakan tusuk gigi, Pak T mengungkapkan hanya mencari kesempatan, ada celah bisa masuk, ia lakukan. Dirinya menuturkan bukan pada kelebihan, namun malah kekurangan. Karena menggunakan tusuk gigi harus mengoleskan secara berulang. Berbeda dengan kuas sekali sabutan bisa memperoleh hasil yang lebar.

"Akhirnya kalau ini saya sistemnya kasar. Jadi disini itu karena tusukan dengan cat kental. Ada yang timbul ada yang saat kena cahaya kena sinar itu lebih menarik," terangnya.

Mulai banyak permintaan dari luar negeri berawal dari ia memposting lewat sosial media Facebook. Ternyata kekuatan sosial media Facebook sampai detik ini buat karyanya dikenal di berbagai negara. Disitu hanya pamer, upload sampai ada yang nanya, siapa yang mengerjakan, harga berapa, terjadi saat menuju 1 tahun.

Pria dengan vespa uniknya ini menerangkan karyanya cepat melejit lantaran mungkin tusuk gigi itu belum ada sama sekali . Hingga saat ini sudah ada 10 negara yang banyak permintaan. Mulai dari Hongkong, Jepang, Amerika, Rusia, Bahrain, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan dan seterusnya.

"Bisa ke luar negeri hanya dari kekuatan sosial media karena sosmedku tidak saya kunci. Saat itu sering seperti mencari akun akun luar negeri. Saya tandai, akhirnya mereka punya daya tarik dan ada grup grup pelukis saya masuk di situ awal mula," ulasnya.

Ia mengaku memilih nama T-Wool sebenarnya berawal dari the wool. Karena identik kain wool. Akan tetapi, di desa orang susah mengucapkan the wool, ditambah lagi tiwul adalah makanan khas orang Trenggalek yang berasal dari ketela.

"Saya pelesetkan ke tiwul alhamduliklah grafik pergerakan itu naik. Jadi akhirnya saya pertahankan nama ini dan saya sendiri pun maunya kalau ada orang yang manggil ya nama ini tiwul ini," sambungnya.

Perihal harga, jika sekarang ini termasuk ekspansi, jika dulu menggunakan bandrol, namun sekarang ini ia mencoba tanpa harga. Sehingga pemesan bandrol tetap ada bandrol, tetapi ada tambahan. Jika mereka suka, ada bonus. Selama ini harga kisaran Rp 200 sampai Rp 250 ribu per kaos.

Sementara, untuk lama pengerjaan, jika dulu waktu masih sangat semangat, sehari 5 kaos 1 malam tuh bisa karena sistemnya saya Jajar 5 orderan pertama mood hilang lari ke dua, tiga, masuk mood lagi balik ke pertama.

"Dulu Pas ramai-ramainya dahulu satu malam bisa 5 kaos," tandasnya.