TP PKK Trenggalek Komitmen Bangun Ketahanan Pangan dan Pengelolaan Sampah

Rombongan PKK Trenggalek studi tiru ke Magetan.
Sumber :
  • Prokopim Trenggalek

Trenggalek, VIVA Jatim-Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Trenggalek, Novita Hardini berkomitmen dalam pengelolaan sampah dan membangun ketahanan pangan yang baik di Trenggalek.

Soal Alokasi Dana Desa, Mendes: 20 Persen untuk Ketahanan Pangan

Salah satuya melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Magetan, Sabtu, 3 November 2023 dalam rangka melakukan studi tiru terkait pengelolaan sampah dan ketahanan pangan di Desa Taji, Kecamatan Karas, Magetan.

Novita Hardini menuturkan pemimpin langsung study tiru perihal back practice yang dilakukan Desa Taji. Ia menjelaskan lewat ini membuka mata adalah jalan terbukanya inspirasi.

Pohon Tumbang Sempat Lumpuhkan Jalan Nasional, 2 Korban Dilarikan ke RSUD Trenggalek

Tanpa melihat, maka seluruh lapisan penggerak masyarakat tidak mampu melahirkan inovasi. Maka, kunjungan kerja kali ini.

"Dalam kunjungan di Magetan adalah dalam rangka memberikan Inspirasi bagi TP PKK Kabupaten Trenggalek, yang kemudian kami rumuskan menjadi program kerja tahun depan," ungkap Novita Hardini.

Untuk Ketahanan Pangan, Bhabinkamtibmas Kebon Agung Ajak Warga Manfaatkan Lahan Kosong

Magister Ekonomi UIN SATU Tulungagung ini bersama rombongan TP PKK Trenggalek tertarik oleh pengolahan sampah Kades Taji, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Sigid Supriyadi.

Lantaran melalui ide, baik dari hasil otak atik yang dilakukan membuat tungku pembakar sampah. Tungku tersebut yang dibuat, diyakini tidak hanya mengolah tapi menyelesaikan permasalahan sampah tanpa residu polusi.

Terlebih pembakaran sampah yang dilakukan tanpa menggunakan listrik atau atau bahan bakar. Kepala desa yang menjadi anggota Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) itu mengulas pengelolaan sampah di Desa Taji diawali dari perintah Pengasuh Ponpes Temboro kepada Kades Taji. Yaitu meminta sampah di pondok bisa diatasi.

Permintaan ini disampaikan setelah Kabupaten setempat tidak mampu memberikan solusi terbaik terkait sampah di pondok ini. Yang dilakukan bukan mengolah tapi menyelesaikan sampah. Diawali membuat tempat pembakaran sampah sampai beberapa kali sempat dibongkar terus dibangun lagi. Sebagian sampah dimanfaatkan warga, sisanya baru dilakukan pembakaran.

"Proses pembakaran tidak memakai bahan bakar ataupun listrik. Ada pemilahan basah atau kering tidak dipiliah, kecuali kaca dan logam. Jikalau terbawa masuk ke tungku tidak masalah namun bisa mengganggu pembakaran," ujar Sigid.

Ia meyakini dengan bejana atau reaktor yang menggunakan sedikit bahan kimia dalam ptoses pembakaran tidak menghasilkan emisi gas karbon yang mencemari lingkungan. Atas keberhasilannya Kades ini sempat memaparkan Tekhnologi Tepat Guna (TTG) yang dibuatnya di Kementrian Desa.

Sigid sendiri lebih memilih kata menyelesaikan tidak pada mengolah. Sebab jika menggunakan mengolah berarti semua sampah itu diolah. Sementara dalam menyelesaikan sampah lebih kepada sisa sampah yang bisa dimanfaatkan oleh warga setempat, baru sisanya diselesaikan dengan proses pembakaran.

"Suhu tungku pembakaran bisa mencapai panas 1.300 derajad. Oleh karenanya sampah apapun baik basah maupun kering pasti hancur sehingga sampah ini selesai," imbuhnya.

Sigid menambahkan tungku pembakaran yang dikelolanya bisa mencapai panas 1.300 derajad. Lama durasi pembakaran bisa sampai 2 hari tanpa perlu pematik untuk membakar panas. Sampah yang masuk ke pembakaran langsung lebur terbakar.

Saat ini sudah bayak yang melirik hasil karya Kades Taji ini. Kendati pembakaran memang masih menghasilkan residu, akan tetapi perbandiangan sangat kecil dan ini bisa digunakan untuk campuran semen hingga membuat semakin keras. Lalu, residu nol bisa digunakan untuk pupuk dan diyakini sangat bagus untuk tumbuhan.

"Bahkan jika dibakar kembali residu itu habis tak bersisa. Lalu, perbandingan residu pembakaran semalam sampah 5 Dum truck residunya cuma 2 angkong saja," ulasnya.

Kedepan kades inovatif ini bercita cita menciptakan listrik gratis kepada warganya dengan memanfaatkan panas pembakaran sampah ini sehingga menjadi listrik. Alatnya sudah selesai dan dalam waktu dekat akan dilaunching segera.

Lalu, dalam ketahanan pangan, pihak desa ini sedang mengembangkan tanaman Alpukat Siger dari Lampung. Memilih kedua tanaman ini tak lain karena produktivitas tanaman cukup tinggi.