Prabowo Bicara Cendekiawan Hingga Strategi Transformasi Bangsa di UM Surabaya
- Viva Jatim/Mokhamad Dofir
"Kekayaan yang diberikan kepada suatu bangsa, suatu kaum, manakala kaum itu tidak pandai menjaga kekayaan itu. Biasanya sejarah mengajarkan kepada kita, kaum itu, umat itu, bangsa itu, punah. Mari buka sejarah, kalau saya ingatkan, saya sering dicemooh,"
Pemimpin Partai Gerindra ini kemudian menyinggung soal nasib rakyat Indonesia setelah sekian puluh tahun dijajah bangsa lain. Kala itu dia mengatakan, masyarakat pribumi bahkan dianggap lebih hina dari seekor anjing.
Padahal awal kedatangan penjajah dari Bangsa Eropa ke tanah air, alasannya berdagang. Tapi karena rakyat Indonesia selama ini dikenal ramah terhadap tamu, akhirnya oleh bangsa lain disalahgunakan hingga berujung penindasan dan penjajahan.
Karena itu ia berpesan, supaya rakyat Indonesia tidak terlalu lugu menerima kedatangan bangsa asing.
"Sudah ratusan tahun dibohongi, masih saja dibohongi sampai sekarang," ujarnya.
Calon Presiden yang diusung Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, PSI, PBB dan Partai Gelora ini juga sempat bercerita mengenai pengalamannya saat menghadiri sebuah acara Arah dan Strategi Politik Luar Negeri di Gedung CSIS. Kala itu ia mendapat pertanyaan dari seorang duta besar Jepang untuk Indonesia. Dubes menanyakan mengenai kebijakan pembatasan ekspor bahan mentah kaya nikel yang sempat menuai kontroversi di organisasi perdagangan dunia. Dimana dianggap melanggar prinsip perdagangan bebas.
Dengan tegas dia mengatakan, perdagangan bebas memang penting, tetapi harus ada keadilan dalam prosesnya, termasuk soal pengolahan bahan mentah di dalam negeri. Ia mengatakan bahwa Indonesia berhak mengelola sumber daya alam secara mandiri.