Mengenal Sunarko Sodrun Tulungagung, Penulis Sastra Jawa yang Terima Penghargaan Kemendikbud

Sunarko Sodrun menunjukkan hasil karyanya selama 40 tahun.
Sumber :
  • Viva Jatim/Madchan Jazuli

Siapa sangka, pensiunan guru ini dahulu selain menulis cerpen juga sempat menjadi wartawan Penyebar Semangat, Joyoboyo Mekar Sari Jogjakarta. Hingga akhirnya setelah beberapa tahun, ada peraturan bawa PNS tidak diperbolehkan merangkap sebagai wartawan membuatnya fokus mengajar.

Ia mengaku jumlah karya selama 46 tahun bersastra berbahasa jawa ada sekitar 160an yang sudah dimuat cetak. Belum lagi yang tidak dimuat, karena menulis selamanya tidak langsung dimuat. Berbeda dengan bahasa online langsung dikirim, tulis baca. 

"Kalau cetak sudah terseleksi 167an. Cerita saya baik cerkak, cerita remaja maupun misteri. Tapi kalau novel saya masih 4 sekarang ini dimuat di majalah penyebar semangat itu yang Dadung Benang Sutra itu cerita sambung pasti jadi novel,"ujarnya.

Ditanya lebih jauh perihal pepatah 'penulis yang baik adalah pembaca yang baik' ia mengalami. Sebagai penulis dikatakan orang sebagai penulis karena awal suka membaca. Kalau tidak gemar membaca ibarat seperti orang mengisi kolam kamar mandi. Kalau kita sudah dalam kamar mandi penuh air, mau setiap saat ambil itu mudah.

Narko Sodrun mengibaratkan kembali seperti menulis pada gawai melalui Aplikasi WhatsApp, dimana setiap kata yang dimasukkan masuk dalam kamus. Sehingga saat membaca awal, pasti punya kata-kata yang secara otomatis tersimpan.

Oleh sebab itu, Dosen STKIP yang sekarang menjadi UBHI Tulungagung sejak 2000 ini mewanti-wanti jangan gengsi atau sungkan membaca karya orang lain. Sebab, di dalam karya orang lain pasti memiliki kelebihan hingga ciri khas yang bisa diterapkan maupun membuat perpaduan yang lebih berbeda.

Termasuk jika masuk redaksi, Narko Sodrun menambahkan bahwa harus mengecek atau mereview hasil koreksi tulisan yang telah diedit oleh editor. Sehingga sebagai penulis bisa menelaah kesalahan yang harus dibenarkan untuk kemajuan ke depan.