Kisah Bripka Chandri, Polwan Mojokerto yang kerap ungkap Kejahatan Lewat Aksi Penyamaran
- Viva Jatim/M Lutfi Hermansyah
Mojokerto, VIVA Jatim – Bripka Chandri Setya Purwandani, salah satu sosok polisi wanita (polwan) dibalik terungkapnya beberapa kasus kriminal di Mojokerto. Mulai dari open BO, street crime, prostitusi, peredaran miras ilegal, tawuran, produsen kosmetik ilegal hingga narkoba.
Berkat kiprah dan pengalamannya, ia menjadi anggota adalan Sat Samapta Polres Mojokerto Kota untuk melakukan penyamaran. Aksi penyamaran untuk mengungkap kasus-kasus tindak pidana.
Polwan berusia 37 tahun itu jebolan Sekolah Polwan (Sepolwan) Lemdiklat Polri Jakarta tahun 2006. Setelah lulus, ia ditempatkan di Polres Mojokerto Kota terhitung sejak Januari 2007 hingga sekarang.
Awal berdinas, Chandri ditugaskan di bagian Seksi Umum (sium) selama 1 tahun. Ia pernah mencicipi sebagai personel Sat Lantas dan Sat Resnarkoba.
6 tahun di Sat Resnarkoba, ia lalu dimutasi ke Sat Samapta Polres Mojokerto Kota hingga sekarang. Kini ia menjadi anggota Bintara Unit (Banit) Tipiring Unit Turjawali Sat Samapta.
Ia mengatakan, selama bergabung di Sat Samapta telah menangani ribuan kasus bersama rekan-rekannya. Di bulan Januari sampai Juni 2024 ini ia menangani sekitar 550 tipiring. Sedangkan sepanjang tahun 2023 mencapai 800 kasus tipiring.
"Tipiring yang kami tangani mulai dari peredaran miras ilegal, knalpot brong, pasangan mesum, open BO. Kalau pelaku laki-laki yang mendominasi perkara miras dan knalpot brong. Kalau perempuan perkara open BO,” polwan asal Kelurahan Meri, Kranggan, Kota Mojokerto, Selasa, 2 Juli 2024.
Chandri menceritakan pengalamannya ketika mengungkap kasus wanita open BO. Menurut dia, praktik wanita open BO marak terjadi di kos-kosan wilayah Kota Mojokerto. Ironinya, para wanita ini tak jarang ditemukan masih dibawah umur. Mereka berasal dari dari luar Kota Mojokerto.
Motif para pelaku tak lain karena yakni kebutuhan hidup atau persoalan ekonomi. Namun, mereka memilih jalan instan, yakni rela melayani pria hidung belang rata-rata 3-4 orang/hari dengan bayaran Rp 250 ribu sekali main.
Atas fenomena ini, merasa prihatin dengan fenomena tersebut. Oleh karena itu, Chandri selalu menasihati para pelaku agar bekerja dengan cara yang halal, serta memberi edukasi tentang bahaya penyakit menular. Terlebih untuk pelaku yang masih duduk di bangku SMP dan SMA.
"Mereka disidang tipiring, biasanya rata-rata kena denda Rp 200 ribu. Kalau pelaku anak di bawah umur kami bawa ke Dinsos untuk diberi pembinaan," ungkapnya.
Pengalaman merarik lainnya yaitu mengungkap peredaran minuman keras (miras) ilegal. Untuk menangkap penjual miras ilegal, terkadang ia harus menyamar sebagai pembeli. Ia mengungkap dengan teknik penyamaran dan undercover buy.
Salah satu pengalamannya awal 2024 lalu, ia menyamar sebagai ibu rumah tangga pedagang miras. Setelah menghubungi pelaku melalui Facebook dan mentransfer uang muka Rp 200 ribu, ia COD dengan pelaku di Terminal Kertajaya, Kota Mojokerto. ia dibonceng rekannya sesama polisi yang berpura-pura sebagai suaminya.
Sedangkan timnya mengintai di sekitar lokasi COD. Begitu pelaku menunjukkan miras, Chandri lalu memberi kode. Sehingga tim langsung melakukan penyergapan. Ketika itu, ia berhasil menangkap pelaku dengan barang bukti 80 botol arak Bali.
"Saya pakai jaket, mereka tidak mengira kalau saya polwan. Kebanyakan pelaku lebih percaya dengan perempuan," terang Chandri.
Tak hanya itu, ketika masih berdinas di Sat Resnarkoba ia juga menjadi garda terdepan membongkar produksi kosmetik ilegal di Surodinawan dan Kranggan, Kota Mojokerto. Kala itu, menyamar sebagai pembeli kosmetik pada awalnya. Begitu penyedia kosmetik ilegal percaya, ia berpura-pura order dengan jumlah yang banyak dan datang ke tempat produksi.
Ibu dua anak ini begitu lihai meyakinkan pelaku kejahatan. Sehingga tak pernah gagal menjalankan tugasnya.
Ia mengungkapkan, kemampuan undercover buy tersebut ia pelajari dari para seniornya saat operasi. Dari pengalaman dan kejeliannya, ia juga pernah mengungkap pengedar sabu yang disembunyikan di dalam kemaluan.
Ia menyebut, selain pengalaman, kunci penting dalam pengungkapan adalah membaca gestur, gaya bicara, serta mimik wajah.
“Orang kalau punya salah kan kelihatannya beda. (Membaca gerak-gerik) memang sudah kebiasaan dan tergantung pengalaman,” tandas Bripka Chandri.
Loyalitas dan dedikasi Bripka Chandri terhadap satuannya tak perlu dipertanyakan. Meski begitu, ia tak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu. Disaat harus bertugas malam hari, ia berbagi peran dengan suaminya untuk menjaga kedua anaknya. Suaminya juga anggota polisi yang berdinas di Polres Mojokerto.
"Kalau bersamaan tugas malam, anak-anak dijagain neneknya. Paginya saya tetap mengasuh anak-anak, menyiapkan sarapan, mengantar sekolah," cetusnya.
Tak heran, jika Bripka Chandri ini mendapat penghargaan dari Kapolres Mojokerto Kota AKBP Daniel S Marunduri. Bahkan, ia juga di ganjar penghargaan Pj Wali Kota Mojokerto Moh Ali Kuncoro di HUT ke-78 Bhayangkara. Ia dinilai berhasil menindak kejahatan jalanan, balap liar, tawuran, prostitusi dan peredaran miras ilegal di wilayah hukum Polres Mojokerto Kota.
Kanit Turjawali Satsamapta Polres Mojokerto Kota Ipda Iswahyuda mengakui dedikasi anak buahnya itu. Menurutnya, Chandri ini memiliki kepribadian yang ceria dan hangat.
“Dedikasi dan loyalitas ke institusi tinggi. Orangnya ini ceria, kadang kalau chandri tidak ada itu kita kangen. Karena Kita di Samapta tumbuhnya dari keleluargaan. Bahkan kala dia tidak masuk, kita sering telpon,” ungkapnya.
Ia juga mengakui Chandri tak pernah gagal dalam melaksanakan tugas-tugas penyamaran. Ia berpandangan, Chandri pantas disebut polwa
"Kalau ada TO (target operasi) dia tepat waktu sampai lokasi. Bahkan dia tidak pulang sebelum proses pemeriksaan selesai,” ungkap Iswahyuda.