Pencak Dor Tetap Lestari di Kediri, Budaya dan Seni dari Pesantren
- Viva Jatim/Madchan Jazuli
Waktu itu, pertarungan bebas antara kaum santri dengan Jepang mendapat tempat. Santri langsung atraksi-atraksi sampai memukul benda tajam serta batu-batu yang besar itu dibuat bola. Menurut Ali, akhirnya Jepang takut dan tidak melangsungkan pertarungan tersebut dan memberikan perhatian kepada santri.
"Malah santri-santri mendapat permit khusus. Maksudnya dapat jatah beras dan sembako," jelasnya.
Dirinya mengaku, sejak zaman dulu dibuat sebagai acuan pendekar-pendekar Pencak Dor sama sekali tidak memiliki mental tarung jalanan karena memiliki slogan di atas lawan di bawah kawan, termasuk slogan dari sekarang adalah Indonesia tanpa tawuran.
"Karena pada dasarnya sehebat apapun kita setelah di atas panggung ya kita bukan apa-apa. Kita tetap murid beliau-beliau, karena pencak dari relatif masuknya ke cirkelnya santri," paparnya.
Pria yang berkomitmen nderek dawuh kiai ini berharap di 2023 tetap selalu melestarikan kesenian budaya Pencak Dor. Menutnya pribadi dan untuk teman-teman yang bisa merasakan penempaan diri. Sebagai bentuk dari kita sebagai jawara itu ya jawara kita ketika di atas panggung
"Ketika di bawah ya kita tetap menjunjung tinggi akhlakul karimah kepada yang lebih sepuh (tua), kepada yang lain serta kepada sesama. Karena tidak seperti mentalitas jiwa orang-orang yang brutal di jalan," tegasnya.
Ali menegaskan pasca acara Pencak Dor pernah terjadi konvoi di jalan menciderai jalannya pertarungan diatas ring. Pihaknya menegaskan konvoi yang dilakukan bukan dari pelestariseni budaya.