Bediding: Dingin Menusuk Saat Kemarau, Ini Cara Bijak Menghadapinya

- Mokhamad Dofir/Viva Jatim
Surabaya, VIVA Jatim – Ketika malam turun lebih cepat dan pagi datang dengan napas yang membeku, banyak warga Jawa Timur—terutama di wilayah dataran tinggi seperti Batu, Malang, dan Ponorogo—merasa suhu udara semakin menusuk. Fenomena ini dikenal dalam istilah lokal sebagai bediding.
Bediding bukan sekadar dingin biasa. Ia membawa sensasi yang bisa membuat tubuh menggigil sejak dini hari hingga menjelang matahari sepenuhnya naik. Bagi sebagian orang, bediding menjadi pertanda alam bahwa musim kemarau tengah mencapai puncaknya.
Secara ilmiah, bediding terjadi akibat menurunnya suhu udara secara signifikan pada malam hingga pagi hari saat musim kemarau. Fenomena ini lazim muncul pada bulan Juli hingga Agustus, ketika posisi matahari berada jauh di belahan bumi utara, menyebabkan wilayah Indonesia menerima radiasi matahari yang lebih lemah dan miring.
Langit yang cenderung cerah tanpa awan membuat panas bumi pada malam hari mudah terlepas ke atmosfer, sehingga suhu permukaan bumi menurun drastis. Inilah yang menyebabkan suhu pagi hari di beberapa wilayah bisa menyentuh 14–18°C, bahkan lebih rendah di daerah pegunungan.
Gejala Bediding yang Sering Dirasakan:
- Tubuh menggigil meski sudah menggunakan selimut.
- Pagi terasa dingin dan berkabut, udara seperti membekukan kulit.
- Embun sangat tebal dan kadang menyerupai lapisan es di dedaunan.
- Kulit cepat kering dan pernapasan terasa lebih berat bagi sebagian orang.