Bikin Ngiler, Jajanan Tradisional Era '90-an Masih Digandrungi di Mojokerto
- M. Lutfi Hermansyah/Viva Jatim
Jatim –Jajajan tradisional Jawa era 1990-an masih memiliki tempat di kalangan penikmat kuliner daerah, apalagi jika dibumbui dengan resep yang khas maka akan mambawa nuansa tersendiri bagi pecintanya. Selain karena kenikmatannya, jajanan tradisional juga bisa membuat nostalgia. Dimana jajanan tradisional masih menjadi pilihan utama pelbagai kalangan, baik muda maupun tua.
Bisinis kuliner jajanan tradisional Jawa yang masih eksis hingga kini salah satunya digeluti Novi Kurniasari. Perempuan berusia 42 tahun memproduksi jajanan tradisional di rumahnya Dusun Kasiyan Desa Domas Kecamatan Trowulan, Mojokerto.
Jajanan tradisional buah tangan Novi memiliki cita rasa yang khas. Resepnya yang digunakan merupakan resep turun-temurun, turut menjaga cita rasa yang tidak kalah dengan masa lalunya. Resep ini sendiri didapatkan dari orang tuanya yang juga penjual jajan tradisional di era 1990-an.
Dalam menjalankan bisnis kulinernya, Novi memproduksi 12 jenis jajan pasar. Sawut, klanting atau cenil, kue lupis, ongol-ongol, klepon ubi, ketan sambal, gempo, ketan salak, getuk, gatot, tiwul dan blendung.
Salah satu rahasia resep Novi yaitu untuk pemanis menggunakan gula aren dari Kebumen Jateng karena manis tanpa rasa asin. Hanya saja warnanya lebih gelap dari gula aren kebanyakan.
Tidak hanya memiliki cita rasa yang khas, namun aneka kue tradisional buatan Novi juga bisa mengingat kembali ke masa kecil dulu atau di bawah era 1990-an. Masa dimana aneka kue tradisional masih banyak dijajakan keliling kampung maupun dijual di warung-warung. Novi sudah 8 tahun menekuni bisnis kue tradisional tersebut.
Ia mewarisi resepnya dari mendiang neneknya yaitu almarhumah Sujirah yang juga berdagang jajan pasar sekitar 20 tahun silam. Namun, khusus untuk resep, Novi memilih mengembangkan resep turun-temurun yang sedikit ia modifikasi menyesuaikan perkembangan zaman.