Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman, Semboyan Patriotisme yang Diajarkan Rasulullah

Siswa dan masyarakat menggelar upacara bendera di TPA Banjardowo
Sumber :
  • M Lutfi Hermansyah/Viva Jatim

Surabaya, VIVA Jatim – Hubbul Wathan Minal Iman atau mencintai tanah air sebagian dari iman merupakan semboyan patriotisme yang diajarkan Rasulullah SAW. Karena itu, sebagai warga negara yang baik, setiap orang harus menjaga ajaran tersebut dalam bingkai keimanan dan ketakwaan.

Pj Gubernur Adhy Karyono: Jawa Timur Rumah Nyaman bagi Semua Etnis dan Agama

Penegasan ini disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jatim, Abdul Mujib saat mengisi program Tabuh Maghrib bertajuk 'Hubbul Wathon dan Literasi Kewargaan'. Digelar di Aula KH Bisri Syansuri, lantai 1, Gedung PWNU Jatim, Rabu, 13 Maret 2024 kemarin. 

Abdul Mujib pada kesempatan ini menyampaikan bahwa Rasulullah merupakan sosok yang sangat bangga dengan tanah kelahirannya. Umat Islam di Indonesia hendaknya meneladani spirit tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancing Amarah Warga Madura, 3 Konten Kreator Film Guru Tugas Ditangkap Polisi

“Rasulullah sangat ingat dimana lahir dan dibesarkan. Rasulullah bangga dengan tanah kelahirannya,” katanya.

Semangat tersebut menjadi landasan KH Abdul Wahab Hasbullah meyakinkan warga NU untuk mencintai Tanah Air. Dijelaskan, NU tidak bisa diragukan lagi dalam hal wawasan kebangsaan. Dalam konteks berbangsa bisa dilihat bagaimana sikap patriotisme warga NU dalam berjuang.

Momen Bersejarah, Pesantren Pertama NU Diresmikan di Jepang oleh Dubes RI

“Kita dulu diingatkan semboyan Bung Tomo sebelum perang harus sowan terlebih dulu kepada KH M Hasyim Asy’ari. Semangat cinta tanah air inilah yang menjadikan warga bangsa untuk berjuang memerdekakan Indonesia,” ucap pria asal Sidoarjo itu.

 

Tabuh Maghrib PWNU Jawa Timur

Photo :
  • Media Center PWNU Jatim

 

Sementara Ketua Lakpesdam PWNU Jatim, Listiyono Santoso mengatakan, literasi kewarganegaraan sebenarnya terkait dengan pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini penting untuk diletakkan pada politik kebangsaan.

“Indonesia bukan negara agama, juga bukan negara kesukuan. Sebagai negara bangsa, maka kita perlu memberikan pemahaman secara baik bahwa konsep negara bangsa sudah selesai dan final,” ujarnya.

Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) itu menyebutkan, bila setiap orang paham akan hak dan kewajiban sebagai warga bangsa, maka ia akan menjalankan hak dan kewajiban itu dengan baik. 

Ditegaskan, bahwa senyatanya tidak ada negara yang memiliki sekian banyak suku. Karena itu, kondisi suku yang demikian berbeda dan beragam tersebut hendaknya tidak melemahkan keberadaan setiap orang sebagai warga negara.

“Sehingga orang Madura, Sunda, Papua harus memiliki pemahaman kebangsaan yang sama. Ini yang harus dipahamkan kepada warga negara. Inilah yang disebut literasi kewarganegaraan,” tandasnya.

Sebagai informasi, program tersebut digelar selama empat hari dalam sepekan di bulan Ramadhan, mulai Selasa hingga Jumat. Adapun tema yang dibahas meliputi keagamaan, pendidikan, kesejahteraan warga, serta tema khusus perempuan, milenial, dan seni-budaya. 

Program Tabuh Maghrib tersebut digelar PWNU Jatim bersama lembaga, badan khusus, dan badan otonom NU. Usai Tabuh Maghrib, dilanjutkan podcast dengan tema terkait secara live di Instagram PWNU Jatim mulai pukul 17.00 WIB. Podcast ini bertajuk Obrolan Jelang Buka atau Ojeka yang menyasar generasi Z dan milenial.