Mengenal Sunarko Sodrun Tulungagung, Penulis Sastra Jawa yang Terima Penghargaan Kemendikbud

Sunarko Sodrun menunjukkan hasil karyanya selama 40 tahun.
Sumber :
  • Viva Jatim/Madchan Jazuli

Tulungagung, VIVA Jatim – Salah satu sastrawan kenamaan asal Tulungagung menorehkan tinta emas, dengan meraih penghargaan dari Balai Bahasa Kemendikbud Ristek Kategori Pengarang berkarya lebih dari 40 tahun di 2024.

Pembuat Abon Tulungagung Kebanjiran Pesanan hingga 100 Kilogram

Adalah Sunarko Sodrun Budiman. Pria asal Dusun Surenpaten, Desa Balerejo Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung. Ditemui di rumahnya, berbekal maps yang diberikan oleh salah satu jurnalis langsung menuju Bale Surenpaten. Cukup mudah, lantaran hanya beberapa ratus meter dari Jalan Raya Tulungagung-Trenggalek tepat di depan Pengadilan Agama (PA) Tulungagung ada gang masuk.

Sunarko Sodrun Budiman menemui penulis dengan sambutan hangat. Layaknya sahabat yang sudah kenal lama. Obrolan gayeng usai penulis memperkenalkan diri dari VIVA Jatim. Obrolan pun dilanjutkan agar tidak mengulang kembali mencoba langsung merekam jejak awal pria Alumnus Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Tulungagung pada tahun 1970an ini. 

Rawan Penyelewengan, BPD Tulungagung Ikut Sosialisasi Pencegahan Korupsi-Gratifikasi

"Mulai menulis sejak saya masih sekolah di Sekolah Pendidikan Guru Negeri Tulungagung tahun 1978 itu dimuat di (Majalah) Joyoboyo pertama. Tahun 1980 saya menulis fiksi untuk anak-anak, berbahasa Indonesia dan diterbitkan di buku. Lalu menekuni Bahasa Jawa 1982," terang Sunarko Sondrun, Jum'at, 14 Juni 2024.

Pada tahun itu, dirinya masuk Sanggar Sastra Triwida. Menulis cerita remaja yang berjudul 'Wah Jan Sodrun' hingga mendapat apresiasi dari TVRI Surabaya. Pasalnya tulisan tersebut memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dalam mengibaratkan sosok artis pada zamannya.

Ratusan Pedagang di Sekitar Golden Theater SMPN 1 Tulungagung Bakal Ditertibkan

Nama pena Narko Sodrun berangkat dari awal antologi cerita cekak (Cerkak) atau cerpen dalam Bahasa Jawa. Sodrun sendiri menurutnya adalah tataran orang diatasnya gila.

"Itu tidak seperti biasanya dalam dalam ranah bahasa Jawa, itu dibahas oleh pak Muhammad Ali ketika itu dan juga jadi TVRI Surabaya. Setelah itu nama saya kondang jadi sodrun itu makanya saya gunakan ikon narko sodron. Sodrun itu diatasnya gila, hehehe. Kalau bahasa arab itu 'as-sadr' yang berarti lapang dada," selorohnya.

Halaman Selanjutnya
img_title