Mengenal Pondok Tengah di Trenggalek yang Berusia Lebih 2 Abad

Suasana Pondok Tengah PPHT yang berdiri sejak 1790 silam
Suasana Pondok Tengah PPHT yang berdiri sejak 1790 silam
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Jatim – Pondok Pesantren Hidayatut Thullab (PPHT) atau yang dikenal dengan Pondok Tengah sudah berdiri lebih dari 2 abad lamanya. Yakni pada tahun 1790. Pesantren yang terletak di Desa Kamulan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek ini menyimpan ragam pahatan sejarah sejak masa kerajaan, penjajahan, hingga kemerdekaan. 

Disebut Pondok Tengah, karena pesantren ini secara letak geografis berada di tengah-tengah dua pondok lainnya yang berada di daerah yang sama. Salah satu Pengasuh PPHT Pondok Tengah, KH Bahauddin Nafi'i mengungkapkan bahwa pada 1790, kondisi sekitar masih seperti hutan belantara.

Ia lantas menceritakan, kala itu, tepatnya tak jauh dari lokasi pondok, ada sebuah kerajaan Sendang Kamulyan Trenggalek yang sudah tidak bertahta lagi. Yang tertinggal hanyalah puing-puing bangunan. 

Di situ, tinggallah seorang aparatur Kerajaan Mataram yang melarikan diri meninggalkan anak istri dan kedudukannya. Menurut keterangan, aparat tersebut tak lain adalah Mbah Kiai Ahmad Yunus, kiai sufi putra Mbah Bagus Mukmin yang diambil menantu Raja Mataram. 

"Beliau merupakan kiai sufistik, Mbah Kiai Ahmad Yunus. Atau Putra Mbah Bagus Mukmin yang diambil menantu oleh Raja Mataram," jelas KH Bahauddin Nafi'i dikonfirmasi, Rabu 1 Februari 2023.

Kiai Yunus juga dikenal dengan sebutan Sunan Wilis. Di daerah yang kelak menjadi pondok, Ia mendirikan bangunan sederhana. Hanya beratapkan alang-alang dan memakai sabut aren ijuk guna mengaitkan kayu-kayu bangunan. Alhasil, bangunan ini beliau jadikan pusat penyebarluasan ajaran Islam.

Keuletan dan kesabaran yang dimiliki Kiai Yunus dalam berjuang, membuat hutan belantara kala itu, berubah menjadi pemukiman penduduk dan diberi nama Desa Kamulan.

Pihak Kerajaan Mataram pun kemudian mengetahui tempat tinggal Kiai Yunus dan istri yang hidup satu keluarga di Kamulan. Perlu diketahui, di tengah hutan seperti biasa sarat dengan binatang-binatang buas tetapi binatang buas bukanlah sebagai musuh bahkan hidup berdampingan dengan Kiai Yunus. 

Selang beberapa waktu, datang seseorang yang mengaku sebagai pelarian dari Kerajaan Mataram. Beliau menyamar dengan nama Mbah Dho Ali. Selepas beberapa hari, Mbah Dho Ali tinggal bersama Kiai Yunus.

Mbah Dho Ali lantas mengungkapkan bahwa sebenarnya ia bernama Mbah Kiai Ali Murtadho. Salah satu prajurit Pangeran Diponegoro yang berkedudukan di Banyumas Jawa Tengah. Pasca Pangeran Diponegoro diajak berunding oleh Belanda di Magelang dan beliau ditangkap oleh Belanda akibat tipu muslihat Tahun 1830 Mbah Dho Melarikan ke arah timur, sehingga bertemu dengan Mbah Ahmad Yunus di Desa Kamulan 

Ternyata Kiai Yunus adalah pamannya sendiri. Sehingga beliau diambil menantu oleh Kiai Yunus dinikahkan dengan Nyai Basyiroh, putrinya yang terakhir dari 5 bersaudara.

Roda Pesantren berjalan di atas kepemimpinan beliau berdua. Akan tetapi tidak begitu lama, setelah Mbah Ali Murtadho dijadikan menantu, Kiai Yunus dipanggil oleh Allah swt. Sehingga pucuk pimpinan Pesantren dipegang oleh Mbah Kiai Ali Murtadho di masa kepemimpinannya merenovasi masjid.

Beberapa santri yang salah satu santri ada yang sempat menggores batu dengan telapak tangan dan menjadi bukti sejarah sampai sekarang. Setelah Kiai Ali Murtadho wafat kepemimpinan dilanjutkan putranya yang bernama KH Ikhsan. 

Pada masa periode ini Pondok Tengah pernah dijadikan markas sementara tentara Hizbullah pada Tahun 1948 dan 1949. Pada waktu itulah Pondok Tengah menjadi sasaran pengeboman tentara sekutu tepatnya pada tanggal 10 November 1948 meledak di udara. Satunya lagi menyasar dan meledak di pasar Kamulan sedangkan yang 3 jatuh di area pesantren tanpa ledakan, hingga sekarang salah satu diantaranya diabadikan sebagai bel tentang masuk dan pulang sekolah serta kegiatan lainnya.

Selepas itu, kepemimpinan Pondok dilanjutkan oleh KH M. Mahmud Ihsan, putra KH Ihsan dibantu adik iparnya yang bernama Kiai Nafi yang populer dengan sebutan Kiai Jumadi. Pada waktu ini, Pondok Tengah pernah dijadikan pusat pembinaan dan pengembangan kader kader Pemuda ansor untuk ikut serta menumpas pemberontakan G30S PKI pada tanggal 12 Juli 1996 atau 26 Safar 1417 H.

KH Mahmud Ihsan wafat maka kepemimpinan langsung dilanjutkan oleh putranya yaitu KH Masrukhin Mahmud bersama Kyai Haji Toha Munawar, putera pertama H Sidiq atau kakak ipar KH Muhammad Mahmud Ihsan dan Kyai Fakhrudin Nafi putra kedua Kiai Jumadi.

Pada tanggal tahun 2010 adalah tahun yang meninggalkan banyak catatan dan goresan kisah pada lempeng sejarah keberadaan Pondok Tengah, KH Fakhrudin Nafi berpulang. Tujuh tahun berikutnya, KH Toha Munawwar juga menghadap ke hadiratNya.